Singa Mengaum, Elang Mengepakkan Sayap


(renungan kecil bagi kita semua)
By: Angga Kurniawan

Pada hari yang cerah di sebuah hutan rindang. Cahaya menembus pepohonan yang berbaris menyaksikan aktivitas sekumpulan penghuni hutan. Hewan-hewan ini saling bercanda, berhimpitan dan sesekali terdengar sautan khas masing-masing mereka. Hingga suatu saat nampak di bebatuan yang menggunduk, sang singa dengan gigi tajam dan bulu lebatnya mengaum sekencang-kencangnya, menimbulkan ketakutan hingga seakan mengiris dan mencabik tubuh-tubuh kawanan hewan lain. Singa membusungkan dada, bertingkah angkuh dan kejam, membuat kawanan lainnya bergidik dan mengakui bahwa dia adalah raja hutan pemimpin dari segala di bawah ketakutan. Sejak hari itu, suasana hutan menjadi sunyi.
Suatu hari, singa terkapar, tubuhnya tergolek lemas penuh luka, namun tak ada satupun yang berusaha menolong, bahkan disaat kritis itu, para kawanan lainnya saling menggunjing berkata bahwa itu adalah hasil setimpal yang dia petik atas pohon sikap yang dia tanam.......
Apakah kita para manusia, akan mengikuti sikap seekor singa yang buas dan angkuh, mungkin juga sesekali arogan, hanya untuk menunjukkan wibawa dan betapa berbakatnya dia menjadi seorang pemimpin. Ingatlah, sebenarnya kepemimpinan tersebut tidak lebih dari menciptakan sebuah teror, membuat aktivitas bawahan bahkan rekan selalu berada dalam tekanan. Organisasi ini cenderung dalam keadaan kritis, jika pun berprestasi tidak membuat bangga para karyawan.
Meskipun elang jarang berbicara, dia tidak harusbersusah payah seperti singa untuk membuat kawanan lain segan kepadanya. Seorang pemimpin tidak perlu berbicara banyak hingga terkesan menggurui. Mata elang selalu fokus pada sasaran dan bukan memperhatikan bagaimana citranya dimata kawanan lain. Seorang yang ingin sukses ataupun pemimpin, sebaiknya tetap fokus pada tujuan dan mengingatkan bawahan untuk tetap pada jalan yang benar, serta tidak perlu becapek-capek mencitrakan dirinya dan berusaha mencari justifikasi tentang siapa dia. Karena sayap yang dia punya, elang bisa merengkuh dunia yang tak terbatas dengan sekali kepakkan. Tidak berhenti disitu, sayap yang lebar juga berfungsi untuk menghangatkan anak-anak elang dari dingin, karena elang begitu peduli dan cinta dengan anak-anaknya. Alangkah mulianya pemimpin seperti elang, tidak banyak bicara namun tetap jeli, fokus mencengkeram tujuan. Auman singa hanya terdengar beberapa ratus meter, namun jangkauan sayap elang bisa berkilometer jaraknya. Pribadi yang tidak banyak bicara namun berwawasan luas dan dapat merangkul banyak orang akan lebih berwibawa daripada yang banyak bicara, mencari muka dan menyombongkan wawasannya untuk merangkul hanya segelintir orang beberapa meter darinya. Pemimpin juga bukan orang yang hanya menyuruh, memerintah (tipis bedanya dengan menindas), namun mereka yang mampu berbagi, membangkitkan inisiatif bawahan tanpa terkesan memanfaatkan apalagi menindas.
Pilihan ada di tangan kita, pendapat juga tergantung anda. Akan menjadi singa mengaum yang gaungnya hanya terdengar beberapa ratus meter saja. Atau akankan anda menjadi elang yang elok dan tenang, namun dapat menjangkau dunia lebih jauh. Pertanyaan terahir untuk kita semua yang mungkin bisa menjadi pernyataan, "Sejauh manakah perbedaan kesan antara melihat singa dengan melihat elang sehingga anda ingin memegangnya?"......

<< tt.ak >>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme

Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian

Grand Strategy Making Process