Menilik Fenomena Perkembangan Terorisme di Eropa



Lembaga persatuan kepolisian negara-negara Eropa, Europol dalam laporannya menyatakan bahwa aksi-aksi terorisme di Eropa sepanjang tahun 2009 menurun sebesar 33 persen dibandingkan tahun 2008, dan turun setengahnya dibandingkan aksi-aksi terorisme pada tahun 2007. sepanjang tahun 2009 terjadi 294 serangan teroris di negara-negara Uni Eropa, tidak termasuk Inggris Raya. Kebanyakan aksi-aksi terorisme itu dilakukan oleh kelompok separatis ETA di Spanyol dan kelompok Front Pembebasan Nasional Corsica di Prancis. Sedangkan aksi teroris yang dicurigai dilakukan kelompok Islam hanya terjadi satu kali.
Lebih lanjut Europol menyatakan bahwa ancaman terorisme dari kelompok Islam di wilayah Uni Eropa dalam batas tertentu dipengaruhi oleh situasi di wilayah-wilayah konflik yang terjadi di berbagai belahan negara. Europol tidak memasukkan data aksi terorisme di Inggris Raya karena wilayah itu membuat laporan sendiri yang berbeda dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. Tapi di Inggris Raya, menurut Europol, aksi-aksi terorisme mayoritas dilakukan oleh kelompok Irish Republican dan kelompok loyalis di Irlandia Utara atau RIRA (Real Irish Republican Army) dan CIRA (Continuity Irish Republican Army), pada umumnya, berdasarkan laporan kepolisian negara-negara Uni Eropa, pertikaian antara kelompok ekstrim sayap kanan dan sayap kiri rawan menimbulkan aksi-aksi terorisme di Eropa.
Para militan yang berbasis di Pakistan telah merencanakan serangan-serangan terhadap London, Inggris dan kota-kota besar di Prancis dan Jerman. Plot serangan ini diyakini telah memasuki tahap awal. Rencana ini diyakini termasuk serangan tim komando bersenjata dari para milisi jihad. Terinspirasi dari gaya yang diterapkan pemimpin Al Qaeda di kawasan kesukuan Pakistan. Idenya adalah mengubah gaya dari taraf ideologis ke rencana serangan nyata. Khusus di Inggris tingkat ancaman keamanan masih sama sejak Januari 2010, yaitu serangan teroris sangat memungkinkan terjadi. Pejabat pemerintahan mengatakan belum akan meningkatkan tingkat keamanan menjadi kritis, dan belum akan melakukan penangkapan dalam waktu dekat. Sementara Prancis dan Jerman juga memperketat kewaspadaan keamanan negaranya. Sejauh ini, laporan akan adanya serangan Al Qaeda itu baru sebatas klaim para agen intelijen Barat dan tidak diketahui sejauh mana kebenaran klaim tersebut. Target itu diantaranya menara Eiffel di Paris, hotel di Berlin, hingga anggota Kerajaan Inggris

Menurut laporan Fox Newsjaringan Al Qaeda telah memiliki daftar soal target serangan di Eropa, di antaranya menara Eiffel di Paris (Perancis), Hotel Adlon yang mewah di dekat Gerbang Brandenburg di Berlin (Jerman), Katedral Notre Dame di Paris (Perancis), serta Stasiun Pusat Berlin dan landmark kota Berlin, yaitu menara Alexanderplatz TV. Majalah Jerman Der Spiegel melaporkan, adalah tokoh Al Qaeda asal Mauritania, Sheikh Yunis al-Mauretani, yang merancang rencana serangan. Rencana itu didukung Ahmad Siddiqui, warga negara Jerman yang kini ditahan di penjara Pangkalan Udara Amerika Serikat di Bagram, Afganistan.
Siddiqui diduga bertemu Sheikh Yunis al-Mauretani di Mir Ali, Waziristan Utara di Pakistan. Siddiqui ditangkap di Kabul, awal Juli. Serangan tersebut diduga akan dilakukan oleh para militan yang berbasis di Pakistan dan aksinya akan mirip seperti serangan Mumbai, India, tahun 2008. Kecemasan Eropa semakin beralasan. Pesawat tempur tanpa awak AS, Senin, berhasil menewaskan lima militan berkewarganegaraan Jerman di sebuah rumah di desa Mir Ali, Waziristan Utara. Warga Jerman tersebut asal Turki dan Arab.

Mengapa ancaman Al Qaeda semakin marak di Eropa?
Pertama, Al Qaeda memiliki sumber pendanaan baru dari uang tebusan melalui aksi penyanderaan sejumlah warga Barat di negara-negara Arab Maghribi dan Gurun Sub-Sahara, seperti Mali, Niger, Mauritania, dan Aljazair.
Selain itu, sumber dana baru itu didapat dari uang tebusan dari pembajakan kapal-kapal di Teluk Aden dan lepas pantai Somalia oleh sejumlah loyalis Al Qaeda yang marak beberapa tahun terakhir ini.
Kedua, keberhasilan Al Qaeda merekrut pemuda imigran dan generasi kedua atau ketiga dari imigran asal Pakistan, Turki, dan Arab Maghribi.
Tokoh Al Qaeda asal Mauritania, Sheikh Yunis al-Mauretani, merancang rencana serangan di Eropa. Hal ini merupakan salah satu bukti keberhasilan Al Qaeda membangun jaringan dengan imigran asal Arab Maghribi.
Kedekatan Eropa secara geografis dengan Arab Maghribi, yang sarat dengan aktivitas luar biasa Al Qaeda, turut meningkatkan potensi serangan. Arus imigrasi ilegal dari Arab Maghribi dan Afrika ke Eropa membuka peluang bagi mudahnya loyalis Al Qaeda menyusup.
Sikap sejumlah pemerintahan di Eropa, yang tampak lemah menghadapi Al Qaeda, ikut berperan meningkatkan ancaman serangan yang dilakukan Al Qaeda di Eropa.
Pemerintah Spanyol, misalnya, melakukan perundingan dengan Al Qaeda sayap Sub-Sahara dan membayar uang tebusan 8 juta euro demi pembebasan dua warga Spanyol yang disandera di wilayah perbatasan antara Mauritania dan Mali, beberapa waktu lalu.
Pemerintah Spanyol juga terpaksa menarik pasukan dari Irak demi memenuhi tuntutan Al Qaeda yang mengancam akan kembali melakukan peledakan stasiun kereta api. Ledakan pernah terjadi di Madrid pada tahun 2004 karena Spanyol tidak mau menarik pasukan dari Irak.
Pemerintah Perancis kini juga sedang melakukan perundingan dan siap membayar uang tebusan untuk pembebasan lima warganya yang disandera Al Qaeda di Niger Utara sejak akhir September. Tindakan Perancis berunding dengan Al Qaeda sayap Arab Maghribi (AQIM) saat ini dilakukan lagi.
Pembebasan dengan cara militer pernah gagal sehingga Perancis memilih pembebasan lewat perundingan. Seorang warga Perancis bernama Michel Germaneau (78) disandera Al Qaeda pada Juli lalu. Warga Perancis ini akhirnya dihukum mati oleh Al Qaeda setelah pembebasan ala militer yang gagal itu
Lebarkan Sayap
Ancaman dari Al-Qaeda yang berbasis di Semenanjung Arab terhadap Prancis dan Eropa merupakan hal baru. Kelompok itu terbentuk dari islamis radikal Yaman dan cabang Arab Saudi yang bergabung sekitar satu setengah tahun lalu. Namun, kelompok tersebut telah memperlihatkan keinginannya melebarkan sayap ke luar Timur Tengah. Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang gagal terhadap sebuah pesawat menuju Detroit, Desember 2009.
 
Pemerintah Yaman, dalam dua hari belakangan, melancarkan serangan udara dan darat terhadap markas Al-Qaeda Arab Peninsula atau AQAP.
Pemerintah setempat mendapat informasi bahwa jaringan teror ini berhubungan kuat dengan pembunuhan gubernur dan aparat keamanan setempat. Setidaknya, enam orang milisi tewas dalam serangan di Provinsi Lawdar bagian distrik Moudeya itu. Pada 6 Oktober lalu, terjadi serangan roket terhadap iring-iringan kendaraan diplomat Inggris di Yaman. Deputi Kepala Misi Inggris, Fionna Gibb, selamat dari serangan itu.

Di hari yang sama, terjadi serangan lain oleh seorang penjaga keamanan yang menewaskan seorang pekerja minyak Prancis.
Sebelumnya, seorang yang diduga pencari dana jaringan Al-Qaeda di Yaman, nama lain AQAP, ditangkap di Bandara Sana’a, Sabtu (16/10). Menteri Dalam Negeri Yaman mengatakan, tersangka  Saleh al-Raimi adalah warga negara Yaman yang berbisnis di Arab Saudi. Keseriusan Yaman juga ditegaskan dengan pemberian imbalan 20 juta riyal Yaman untuk siapa pun yang bisa memberi informasi keberadaan delapan orang DPO Al-Qaeda di sana.
Pada 16 September, ada laporan rencana seorang perempuan melancarkan serangan bom bunuh diri, tapi ancaman itu juga tidak terbukti. Katedral Notre Dame dan Menara Eiffel juga tidak luput dari ancaman bom. Total ada sembilan ancaman teror terhadap Prancis sepanjang September.
Hortefeux mengatakan, sumber-sumbernya di Afrika Utara juga memberi peringatan ancaman potensial terhadap AS. Dia pun menyampaikan informasi itu kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Janet Napolitano. Keterangan yang disampaikan Hortefeux kemarin merupakan pertama kalinya pemerintah Prancis mempublikasikan rincian ancaman teror sejak pertengahan September. “Kita tidak boleh menganggap remeh anaman itu,” kata Menteri Janet.
Spekulasi sumber potensi ancaman teror terpusat di kelompok militan Islamic Maghreb yang merupakan salah satu sempalan Al-Qaeda. Kelompok itu beroperasi di Aljazair dan kawasan Sahel. Pada 16 September lalu, mereka menyandera lima warga Prancis di pertambangan di Niger. Kelompok itu juga menculik dua orang lain asal Togo dan Madagaskar.

Percobaan peledakan pesawat Northwest Airlines saat mendarat di Detroit dari Amsterdam, persis pada hari Natal 25 Desember 2009, oleh seorang pria asal Nigeria, Umar Farouk Abdulmutallab, semakin melengkapi keterkejutan AS dengan berbagai aksi serangan yang dilakukan Al-Qaeda dan jaringannya.

Secara konseptual dan ideologis, Al Qaeda memang dirancang sebagai gerakan global. Ada dua konsep pola operasi yang diusung dua konseptor murid kesayangan Osama bin Laden, yakni Abu Bakar Naji dan Abu Musab As Suri. Konsep pertama, membentuk wilayah aman sebagai basis Al-Qaeda dan menjadi titik tolak serangan terhadap sasaran kepentingan AS dan Barat di seluruh dunia.
Konsep itu diusung konseptor Abu Bakar Naji (bukan nama sebenarnya) yang keberadaannya hingga saat ini tak diketahui persis. Menurut Abu Bakar Naji, negara-negara lemah, seperti Afganistan, Somalia, Yaman, dan Sudan, berpotensi dijadikan basis Al-Qaeda sebagai tempat persembunyian, perekrutan, pelatihan, dan perancangan serangan.
Konsep kedua, membangun jaringan longgar dengan tekanan pada pola komando desentralisasi. Konsep ini diusung Abu Musab As Suri yang kini ditahan AS. Menurut Abu Musab As Suri, Al-Qaeda harus lebih mengandalkan sistem bukan organisasi. Karena itu, perhatian harus dibina dan diberikan pada sel-sel yang tersebar di seluruh dunia tanpa harus terikat secara organisatoris dengan induk Al-Qaeda. Konsep Musab As Suri itulah yang melahirkan sistem jaringan Al-Qaeda dengan lingkup operasi yang sangat luas dari AS, Eropa, Afrika, hingga Asia Tenggara (Indonesia). Sebelum tragedi 11 September 2001 di AS, Al-Qaeda menerapkan konsep Abu Bakar Naji. Maka, Bin Laden menjadikan Sudan sebagai basis Al-Qaeda sejak 1991 hingga 1996 dan kemudian Afganistan sejak 1996 hingga 2001. Pascatragedi 11 September 2001 dan pemimpin Al-Qaeda mulai diburu AS, Al-Qaeda menerapkan konsep Abu Musab As Suri, yakni menjadikan Al-Qaeda sebagai payung ideologis saja yang menaungi jaringan sel-sel di seluruh dunia dengan sistem komando desentralisasi.

Konsep Abu Bakar Naji
Konsep Abu Bakar Naji dilaksanakan pada fase pertama dan kedua perjalanan perlawanan Al-Qaeda. Fase pertama, dimulai sejak Al- Qaeda didirikan oleh Sheikh Abdullah Azzam (1988) hingga Osama bin Laden meninggalkan Sudan dan menetap lagi di Afganistan (1996). Sheikh Azzam yang berasal dari Palestina, tewas secara misterius di Peshawar, Pakistan, tahun 1989. Misi Al-Qaeda pada fase pertama ini sangat terbatas, hanya ditujukan untuk mengusir pasukan pendudukan Uni Soviet dari Afganistan (1988-1989), mengusir pasukan AS dari Arab Saudi pascahengkangnya Irak dari Kuwait (1991), dan membantu kaum minoritas Muslim yang terzalimi di mana pun di muka bumi ini. Pada fase pertama ini, Al-Qaeda mengambil basis di kota Pershawar, Pakistan (1988-1989), dan kemudian di Sudan (1991-1996).
Fase kedua dimulai sejak 1996 hingga tragedi 11 September 2001 di AS. Pada fase ini, misi Al-Qaeda lebih meluas untuk mengusir pendudukan asing dari negara-negara Islam. Kisahnya bermula dari pendudukan Irak di Kuwait pada tahun 1990. Saat itu Osama bin Laden meminta kepada Raja Arab Saudi Fahd bin Abdul Aziz untuk mengizinkan Tanzim Al-Qaeda berperang mengusir pasukan Irak dari Kuwait tanpa harus meminta bantuan pasukan asing lainnya.
Namun, Raja Fahd menolak permintaan Osama bin Laden itu dan memilih menerima bantuan AS. Osama bin Laden mengkritik keras keputusan Raja Fahd itu dan memilih hengkang dari Arab Saudi menuju Sudan pada tahun 1991. Osama bin Laden saat itu bersumpah akan memerangi pasukan AS dan asing yang berada negara-negara Islam.
Dia lalu meminta Ayman Thawahiri membentuk milisi bersenjata dengan memanggil kembali para pemuda dari mancanegara yang pernah berjuang di Afganistan. Thawahiri dalam waktu cepat menghimpun para pemuda itu dan melatih mereka di Yaman, Sudan, dan Kenya. Osama bin Laden lalu membentuk satuan perlawanan Tanzim Al-Qaeda di bawah komando Ali Rasyidi untuk melawan AS di Somalia yang berhasil diusirnya dari negeri itu pada tahun 1993. Ali Rasyidi lebih dikenal dengan sebutan Abu Ubaidah Al Panshir karena berasal dari lembah Panshir, Afganistan Utara. Ia tewas saat perahunya tenggelam di Danau Victoria, Afrika, tahun 1996.
Tanzim Al-Qaeda lantas mengincar pasukan AS yang masih bercokol di Arab Saudi pascapembebasan Kuwait dari Irak. Al-Qaeda berhasil menyerang kompleks perumahan pasukan AS di kota Khobar, Arab Saudi, tahun 1996 dan menewaskan puluhan tentara AS saat itu. Arab Saudi lalu meminta Pemerintah Sudan mengusir Osama bin Laden. Bulan Juni 1996, Osama bin Laden beserta keluarga dan sekitar 120 pengikut setianya meninggalkan Sudan menuju Afganistan.
Setelah menetap kembali di Afganistan, Osama bin Laden dan Ayman Thawahiri mendeklarasikan berdirinya “Front Internasional untuk Melawan Yahudi dan Kaum Salib” pada Februari 1998. Misi targetnya kepentingan AS dan Barat di seluruh dunia. Mulai saat itu adalah titik balik pertarungan AS-Al Qaeda yang tak mengenal waktu dan tempat lagi.
Aksi pertama Al-Qaeda di bawah bendera Front Internasional untuk melawan Yahudi dan AS adalah meledakkan gedung kedutaan AS di Nairobi, Kenya, dan Darus al Salam, Tanzania, pada Agustus 1998. Kemudian dilanjutkan serangan atas kapal perang USS Cole di lepas pantai Aden, Yaman, pada Oktober 2000, 17 anggota AL AS tewas. Klimaks dari serangan Al-Qaeda itu adalah tragedi 11 September 2001 di New York dan Washington DC.
Konsep Abu Musab As Suri
Fase ketiga dimulai pascatragedi 11 September 2001 hingga saat ini. Pada fase itu, Al-Qaeda menerapkan konsep Abu Musab As Suri. Ada dua dampak dari penerapan konsep Abu Musab As Suri itu.  Pertama, meluasnya jaringan Al-Qaeda dalam bentuk sel atau sindikat yang tersebar di seluruh dunia, mulai dari AS, Eropa, Afrika, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara, dengan payung ideologi atau misi perjuangan yang sama tanpa harus berada dalam satu komando.
Maka muncul Al-Qaeda di Semenanjung Arab yang bertanggung jawab di Yaman dan Arab Saudi, Al-Qaeda di Bilad Rafidain yang bertanggung jawab di Irak, Al-Qaeda di Maghrib Arab yang bertanggung jawab di Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya, serta sel-sel lebih kecil di AS, Eropa, Asia Tengah, dan Asia Tenggara.
Kedua, akibat meluasnya sel-sel Al-Qaeda itu, makin meluas pula lingkup operasinya, mulai dari Indonesia di ujung timur hingga AS di ujung barat. Fase ini juga ditandai, kebijakan Al-Qaeda berkoalisi atau minimal memberi dukungan moral terhadap kekuatan politik atau militer di sebuah negara yang memiliki kesamaan ideologi atau misi perjuangan.
Dalam konteks kesamaan ideologi, Al-Qaeda kini berkoalisi dengan Taliban di Pakistan dan Afganistan, kelompok Al Shabab Mujahidin di Somalia, serta memberikan dukungan moral terhadap jaringan Jemaah Islamayah (JI) di Asia Tenggara. Dalam hal kesamaan misi perjuangan, Al-Qaeda kini berkoalisi dengan Partai Baath di Irak dan diduga kuat terlibat main mata dengan kelompok-kelompok bajak laut di lepas pantai Somalia dan Teluk Aden yang marak terakhir ini.

Jumlah website dalam bahasa Inggris yang menyebarkan pesan-pesan Al Qaeda dalam bahasa Inggris yang ditujukan kepada Muslim di Barat semakin meningkat. Mereka menerjemahkan tulisan dan ceramah-ceramah yang langsung mencapai sasaran pembaca menggunakan bahasa Inggris dan seringkali ditampilkan beberapa ulama karismatik, seperti Anwar al-Awlaki. Pelaku penembakan di Fort Hood oleh seorang tentara psikiater kemarin juga dikaitkan dengan Anwar al-Awlaki, sang penembak diduga menerima puluhan email dari ulama tersebut.

Al Awlaki merupakan ulama keturunan Amerika, ia disebut-sebut menginspirasi beberapa "militan" yang ditangkap di Amerika dan Kanada beberapa tahun ini, pada beberapa orang yang ditangkap ditemukan ceramah-ceramah Anwar al-Awlaki di komputer-komputer mereka.
"Intinya, kalian tidak perlu menjadi anggota resmi Al Qaeda untuk menyebarkan kebencian dan pandangan sektarian", kata Evan Kohlmann, penyelidik senior yang bekerja bagi NEFA Foundation yang berbasis di New York, lsm ini bekerja memantau pergerakan militan Islam. "Jika anda lihat dokumen-dokumen yang paling mempengaruhi aksi terorisme ini, bukan buku pedoman pelatihan atau mengenai membuat bom", kata Kohlmann. "Dokumen yang paling berpengaruh adalah dokumen yang ditulis oleh para penasihat ideologinya, beberapa diantaranya bahkan bukan anggota resmi dari Al Qaeda".

Sebagian besar dari situs-situs radikal tersebut bahkan tidak dijalankan atau diarahkan oleh Al Qaeda, namun mereka menyediakan alat yang sangat ampuh untuk merekrut simpatisan jihad atau perang suci terhadap Amerika, kata para ahli yang terus mengamati perkembangan situs-situs tersebut.
Jumlah situs berbahasa Inggris yang bersimpati kepada Al Qaeda meningkat sekitar 30 persen dari tujuh tahun lalu, saat ini ada lebih dari 200 situs pendukung Al Qaeda, kata Abdulmanam Almushawah, kepala sebuah program bernama Assakeena di Arab Saudi, mereka ini bekerja memerangi website-website militan.

Sebaliknya, situs-situs radikal berbahasa Arab justru turun drastis 50 persen, tujuh tahun lalu terdapat 1000 situs radikal berhasa Arab, setelah pemerintah berupaya keras menutup situs-situs tersebut, kata Abdulmanam.
Sudah lama Al Qaeda berusaha menjangkau khalayak Barat. Video rekaman dari Syaikh Usamah bin Ladin dan Syaikh Ayman al Zawahiri sekarang biasanya mempunyai sub judul berbahasa Inggris. Namun tulisan-tulisan dan khotbah-khotbah yang membentuk landasan ideologi Al Qaeda dalam bahasa Inggris oleh Anwar al-Awlaki lebih menghilangkan hambatan bahasa.
Khotbah-khotbah al-Awlaki ditemukan di hampir setiap komputer tersangka terorisme yang ditangkapi di Amerika, kata Kohlmann. Anggota kelompok Muslim Kanada yang ditangkap pada tahun 2006 atas tuduhan membentuk sebuah kamp pelatihan dan merencanakan serangan bom di Toronto mendengarkan panggilan jihad mereka melalui internet, seperti yang mereka jelaskan di pengadilan. Menurut jaksa penuntut, video khotbah al-Awlaki mengenai jihad dan video pemenggalan kepala ditemukan di komputer lima pria yang dinyatakan bersalah pada bulan Desember lalu yang merencanakan serangan di pangkalan militer Fort Dix, New Jersey.
Dalam situs al-Awlaki yang sekarang beredar luas, ulama berusia 38 tahun yang sekarang berada di Yaman ini sering mengajak umat Islam untuk memerangi Amerika Serikat, yang telah melancarkan perang terhadap Islam di Irak dan Afghanistan.
Mayor Nidal Hasan yang didakwa melakukan penembakan di Fort Hood, pernah dihubungi al-Awlaki hampir setahun yang lalu. Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan di The Washington Post, al Awlaki mengatakan ia tidak menekan Hasan untuk melakukan penembakan, tapi setelah serangan, Al-Awlaki memujinya sebagai pahlawan. Peneliti di Amerika pun mengatakan Hasan tampaknya telah bertindak sendirian , bukan atas perintah dari orang lain ketika ia melepaskan tembakan pada 5 November di pangkalan militer Texas, menewaskan 13 orang.
Ulama tersebut pernah bertemu dua pelaku pembajak pesawat 9/11 di sebuah masjid dimana ia biasa memberikan ceramah di Amerika, dan setelah ia kembali ke Yaman ia kemudian ditahan selama lebih dari setahun karena dicurigai terlibat dalam sebuah penculikan. Pejabat Yaman kemudian membebaskannya karena tidak bisa membuktikan keterlibatannya dalam jaringan Al Qaeda, tetapi mereka mengatakan bahwa ia masih akan diburu karena dia dicurigai terlibat namun tidak masuk dalam jaringan.
Pejabat intelejen Amerika menolak berkomentar mengenai penyebaran situs jihad berbahasa Inggris ini.
Beberapa situs tersebut diharapkan akan ditutup sebelum proses pengadilan Hasan dan Khalid Sheikh Muhammad dimulai, nama terakhir adalah orang yang dituduh menjadi arsitek utama serangan 11 September, kata Rita Katz, kepala grup SITE Intelligence yang juga berbasis di Amerika seperti NEFA Foundation, kelompok ini juga mencermati gerak gerik militan di dunia internet. Pemerintahan Obama mengumumkan pekan ini bahwa Muhammad dan empat orang lainnya akan mulai disidangkan di kota New York.
Almushawah menyatakan, beberapa ulama seperti al-Awlaki adalah "lebih berbahaya dari kelompok lain" dan jika pun ulama seperti ini dipenjara, "Ini bukan kehilangan besar bagi Al Qaeda karena mereka tidak masuk dalam jaringan Al Qaeda", katanya.
Banyak situs memposting ceramah ulama berbahasa Inggris seperti al-Awlaki ini, namun lebih sering terjemahan dan ceramah ulama-ulama dengan bahasa Arab.
Sebuah situs bernama Mimbar Tauhid dan Jihad menghubungkan ke ceramah-ceramah dari al-Awlaki, disamping khutbah-khutbah versi Inggris ada juga ceramah-ceramah dari ulama-ulama jihad top jaman dulu - bahkan ceramah ulama yang telah meninggal pun, seperti Syaikh Abdullah Azzam (muslimdaily.com)

                Jerman
Selama dua dekade, Jerman telah menjadi pusat propaganda, rekrutmen, investasi, pengembangan dan pengiriman segala hal yang berkaitan dengan terorisme. Dalam rangka menyusupi komunitas imingran muslim yang besar, Al Qaeda membangun sel-sel terorisme di Hamburg, Frankfurt, Dusseldorf dan Duisburg. Kehadiran Al Qaeda di Jerman telah cukup lama, yang dibuktikan dengan intensifnya kunjungan kepala operasi wilayah Eropa berkebangsaan Irak, Mamdouth Mahmud Salim, sebelum ia dipenjara 16 September 1998. Salim lahir tahun 1958 dan menyamar sebagai pengusaha. Setelah memastikan bahwa ia tidak memperoleh hukuman mati, Salim diekstradisi ke Amerika dan bersama dengan anggota Al Qaeda asal Tanzania, Khalfan Khamis Muhammad, memperdayai penjaga dalam usaha pelariannya, yang kemudian membuatnya memperoleh hukuman untuk waktu yang lebih lama. Segera setelah aksi 11 September, intelijen Jerman bekerjasama dengan badan Amerika Serikat untuk memperoleh gambaran bersama tentang jaringan Atta di Hamburg. Semua anggota Al Qaeda terkait dengan serangan tersebut, termasuk Said Bahaji, pimpinan Al Qaeda di Jerman dan pernah mendapatkan pelatihan militer tentara Jerman. Hingga tahun 1999, dia tinggal di apartemen Marieenstrasse sebagai Muhammad Atta, membayar kredit, mendapatkan visa dan memastikan bahwa operasi Al Qaeda tetap pada jalurnya.
                Pada kenyataannya, struktur organisasi Al Qaeda di Eropa tidak dibagi secara kaku per wilayah, namun merupakan organisasi bebas, yang melintasi batas wilayah dan beberapa diantaranya multinasional. Muhammad Bensakhria bekebangsaan Algeria menjadi pimpinan jaringan Frankfurt setelah mendapat pelatihan di Afganistan. Pada tanggal 26 Desember 2000, agen Al Qaeda di Milan dan Frankfurt ditahan atas percobaan serangan bom dan gas beracun, yang bekerjasama dengan jarinagn London untuk menghancurkan gedung Parlemen Eropa di Strasbourg, gereja katedral dan pasar. Jaringan Bensakhria meliputi 2 orang berkebangsaan Irak, satu orang Algeria dan muslim Perancis, hingga ia ditangkap di Spanyol. Al Qaeda telah melakukan serangkaian ujicoba serangan melawan “Barat” menggunakan gas beracun dan mematikan. Pelatihan serangan ini dilakukan di Afganistan sementara petunjuk serangan disusun di rumah anggota Al Qaeda berkebangsaan Libya di Manchester, Inggris. Penyadapan terhadap pembicaraan Lased Ben Hani, agen Jerman berkebangsaan Libya dengan Sami Ben Khaimas dilakukan guna mengetahui operasi Al Qaeda yang membicarakan pengiriman “tin tomatoes” cairan ekstrim yang dapat membahayakan secara efektif ayng akan digunakan terhadap warga Perancis. Komunitas intelijen percaya bahwa Heni mengetahui banyak mengenai serangan 11 September, dia ditangkap 10 Oktober 2001 dan diekstradisi ke Italia. Khemais, pimpinan dari jaringan Varessa, berpakaian mewah dan makan di restoran mahal saat berada di Jerman sementara saat di Spanyol, dia menyamar sebagai imigran ilegal, tidur di mobil dan berdandan lusuh.sebagian anggota jaringan jerman yang menjadi relawan operasi martyrdom ditolak masuk ke AS. Contohnya Zakariya Essabar, pelajar asal Maroko yang belajar di kampus yang sama di Jerman dengan pelaku serangan 9/11 Ziad Jarrah, ditolak masuk ke AS, karena didapat bukti setelah tiba di Jeman tahun 1997, dia tinggal bersama Atta hingga Mei tahun 2000 dan Ramzi Bin al-Shibh pada tahun 2001.
                Bin al-Shibh tiba di Jerman tahun 1995 dan berbagi apartemen dengan Atta pada tahun 1998-1999 dan bekerja pada perusahaan computer yang sama di Hamburg. Al-Shibh gagal berpartisipasi dalam operasi martyrdom setelah visa masuk Amerika-nya ditolah oleh Jerman dan Yaman, bahkan ia telah membayar kursus penerbangan di Florida. Al-Shibh tetap bertahan di hamburg untuk mengkoordinasikan transaksi keuangan diantara AS dan Eropa sebagai sumber dana utama serangan 9/11. Al Qaeda mempunyai pengalaman dan terlatih dalam menyediakan pelaku bunuh diri seperti Essabar dan al-Shibh guna operasi selanjutnya.
                Meskipun belum pernah ada anggota Al Qaeda yang ditangkap di Swiss, namun beberapa anggota dan pimpinan pernah singgah di negara tersebut di waktu yang berbeda, termasuk al-Zawahiri yang memegang paspor Belanda, Mesir, Perancis dan Swiss dengan nama alias Amin Othman dan Sami Mahmoud. Siwss juga merupakan tempat transit yang penting bagi beberapa anggota Al Qaeda yang menginvestasikan modalnya di real estate dan sektor perbankan untuk mendanai operasi mereka.

Balkan
Penyusupan AL Qaeda di Balkan dimulai setelah pecahnya perang Bosnia tahun 1992, setahun setelah rejim komunis di Kabul tumbang dan hijrahnya prajurit mujahidin Kabul ke Bosnia yang kala itu belum mempunyai hubungan dengan Al Qaeda. Al Qaeda mempunyai pengruh kontrol yang sangat kuat pada NGO Islam di Balkan yang dipenuhi leh kader yang berasal dari Mesir dan Aljazair. Osama pernah berkunjung ke Bosnia pada tahun 1993, meskipun belum ada bukti yang kuat menyatakan keberadaannya kala itu. NGO ini beroperasi di timur laut  dan pusat dari Bosnia. Menggunakan berbagai cara, perang di Balkan disebabkan oleh bujuk rayu NGO Islam kepada masyarakat bahwa Muslim sedang dalam ancaman.
                NGO bernama al-Haramain Islamic Foundation berkantor di Macedonia, Sudan, Kenya, Albania dan beberapa lainnya di Eropa. Al-Haramain mendanai dan mendukung perjuangan mujahidin di Zenica, yang didapat dari perdagangan narkotika dan prostitusi. Pada tahun 1993, Ahmad Ibrahim al-Najjar, anggota Jihad Islam Mesir sejak tahun 1979, bergabung dengan al-Haramain, menandai kehadiran JI Mesir dan al Qaeda di Albania. Al-Najjar merupakan contoh dari teroris yang berpergian dan bekerja di luar negeri dengan kedok organisasi kemanusiaan.  Dalam rangka operasinya di Balkan dengan kedok organisasi al-Haramain, al-Najjar juga mendukung keuangan dan logistik Al Qaeda. Berdasarkan Kesepakatan Damai Dayton, sebagian besar mujahidin meninggalkan Bosnia, namun ratusan lainnya yang menikah dengan orang local tetap bertahan, dan sebagian NGO memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan organisasi Islam lainnya. Namun Al Qaeda tetap bertahan di Algeria dengan penduduk Bosnia yang disiapkan untuk menyerang kedutaan AS maupun pasukan SFOR, namun rencana tersebut gagal seiring dengan ditangkapnya Bensayah Belkacem yang pernah melakukan kontak dengan Abu Zubaydah.
Al Qaeda juga menghasilkan jutaan dolar dana untuk operasi di Bosnia dan Kroasia melalui Badan Bantuan Negara Ketiga (TWRA) yang berpusat di Sudan dengan cabangnya di Austria, Turki, Jerman, Swiss, Zagreb, Tuzla, Sarajevo dan Split. TWRA pernah melakukan serangan bunuh diri dengan sasaran kantor polisi di Rijeka, sebagai upaya balas dendam atas ditahannya senior JI Mesir, yang direncanakan oleh Anwar Shaban. Pada saat kematian Shaban, yang dibunuh oleh pasukan pengamanan Kroasia Desember 1995, JI Mesir dan Al Qaeda sedang merencanakan serangan terhadap pasukan NATO yang ditugaskan di Bosnia. Al Qaeda juga mempunyai tempat persembunyian di Albania.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme

Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian

Grand Strategy Making Process