Konsistensi dan Persistensi

      


 Hari ini, kita semua dimanjakan dengan segudang fitur berlebih dari kemajuan teknologi dan informasi. Semua yang jauh jadi terasa dekat, semua yang kaku jadi terasa cair. Dan semua yang dahulu misteri rasa-rasanya sangat mudah menjadi rahasia umum jika kita mau sedikit lebih tekun dalam mencari. Kebiasaan mencari pun pada akhinya lebih sering kita lampiaskan melalui layanan searching engine. Ya, apalagi kalau bukan Google, tampilannya sudah saya kenal sejak duduk di sekolah, dekat sekali dengan era milenium.

Di jaman saya masih kecil, memegang ensiklopedia, rasanya sama dengn menemukan seisi dunia. Tentu saja dengan harga yang tidak murah, menjadikan buku setebal kamus bahasa inggris di jaman dahulu utnuk setiap topik bahasannya, sepert mendapat durian runtuh. Dibuka satu per satu halaman, dibaca urut dan tunta dari ujung atas kiri halaman sampai dengan tanda titik di pojok kanan bawah. Mewah sekali rasanya.

Kini setelah search engine makin canggih, memberikan hasil pencarian bahkan lebih cepat dari kedipan mata, telepon genggam pun sudah menjadi bgian dari organ tubuh kita yang selalu menempel kemanapun dan dimanapun kit berada. keberadaan buku seperti ensiklopedia ini seperti baterai sekali pakai yang ketika sudah habis masanya, sangat beruntung hanya tergeletak di dalam kardus diatas lemari jika dia tidak dibuang atau menjadi bungkus sesuatu. Menemui orang yang ditangannya terbuka buku dengan pandangan tajam ke arahnya di dalam kereta saj, sekarang semakin lagka. tentu saya tidak meng-generalisir setiap orang. Terkadang, saya cukup sering berjumpa dengan mereka yang masih mengandalkan buku sebagai teman "bengong"-nya, itu juga saya anggap kemewahan hakiki di jaman modern ini.

Lantas apa masalahnya? dengan kemajuan seperti sekarang ini? Setidaknya saya sedang melakukan diagnosa kepada diri saya sendiri. Saya pun termasuk orang yang terbawa arus kemajuan teknologi, menikmati dan bisa dianggap bergantung pada hal-hal seperti search engine dan telepon genggam. Saya jadi malas membaca! ya... itu masalahnya. Saya yang pelupa tentu sangat merasa kesulitan untuk memperkirakan kapan terakhir saya memegang buku, membacanya tuntas dari cover sampai ke halaman terakhir buku. Apa saja. Maksud saya, untuk jenis buku apapun, pengetahuan umum, hobi, ekonomi, kisah sukses atau apapun, karena saya termasuk yang kurang tertarik membaca novel.

Saya terbiasa untuk menyederhanakan pekerjaan mencari saya dengan mengandalkan search engine di telepon genggam saya. Atas nama kemudahan, kecepatan, kesibukan. Apapun. Memang saya sedang menakar alasan untuk tidak mengingat apakah saya pernah tahu suatu informasi atau setidaknya pernah merasa mencari sebelumnya. Ya, setelah melalui perenungan itu, saya jadi tahu apa yang semakin kuat setelah saya tidak membaca buku. Saya yang pelupa menjadi semakin akut kadar lupa nya. sekaligus malas, untuk hal apapun.



Lalu apa kaitannya dengan konsistensi dan persistensi? setidaknya sekali lagi saya hanya mempelajari kasus saya. Kemudahan yang ditawarkan oleh majunya teknologi dan informasi serta akhirnya membuat saya menjadi ketergantungan, mejadikan saya semakin malas membaca dan malas mengingat. Konsistensi dan persistensi setidaknya menurut saya  membutuhkan obat penangkal malas membaca dan malas mengingat. Saya pernah membaca, namun saya tidak yakin itu dalam sebuh buku atau koran, bahwa kebiasaan membaca pada akhirnya juga meningkatkan ketajaman mengingat kita. Nah dua hal ini yang saya tidak pernah konsisten lakukan lagi. Maka konsistensi dan persistensi semacam sebuah perencanaan yang entah kapan akan diwujudkan.

Mungkin ini saatnya, saya tidak akan menganggap segala sesuatu terlambat atas tertinggal. Saya akan mencoba untuk membangun kembali kebiasaan membaca saya, sebagai terapi mengingat dan meruntuhkan kemalasan yang mengakar lebih kuat dari lumut yang bersandar di batuan tepian sungai. Namun tentu dengan tidak serta merta meninggalkan kebutuhan untuk mengandalkan kemudahan teknologi dan informasi yang tersedia. Membaca menegaskan ingatan kita, menumbuhkan kebiasaan membaca juga melatih konsistensi. Melatih konsistensi juga akan menumbuhkan persistensi. Setidaknya itu rumusan menurut saya, yang barangkali bisa cocok untuk saya atau tidak cocok untuk yang lainnya. Permainan kata. (AK)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme

Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian

Grand Strategy Making Process