Bersepeda


 Youtube memang lebih dari sekedar TV. Ia adalah jendela ilmu, sebuah pematik rasa keingintahuan sekaligus keisengan. Sejatinya manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu, meskipun sudah diberi tahu. Semacam anak kecil yang meskipun sudah diinfokan bahwa api itu panas, ia selalu penasaran ingin memegang. Namun tidak ada kata bisa jika tidak mencoba, tidak ada kata ahli jika belum terluka. 

Seperti saya, keingintahuan saya terlalu banyak untuk dideskripsikan dalam list buku agenda kecil seukuran saku baju dengan jumlah minimal 50 lembar. Setidaknya saya hanya ingin menggambarkan seberapa penasaran saya. Saya yang sejatinya adalah makhluk yang tidak bisa diam, selalu menemukan celah untuk mencurahkan rasa haus saya akan petualangan. Dan saya pilih sepeda.

Random memang. Meskipun saya selalu bisa mendefinisikan ketertarikan saya pada dunia otomotif, saya selalu suka kecepatan. Saya suka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan balap. saya pun pernah merasakan balap tidak resmi ketika masa umur tanggung, pencarian jati diri alibinya. Formula 1, MotoGP, WSBK, Rally, Drifting, Slalom, Downhill, sebut apa saja. Namun dunia sepeda seperti terasa asing untuk saya. Saya sudah bisa bersepeda entah kelas berapa sekolah dasar, namun itu saya anggap hanya sebagai bagian dari ritual bermain. Dan dunia saat ini, boom sepeda. Semua orang bersepeda. Diantara kemajuan dunia otomotif, kendaraaan bermotor roda dua dan roda empat rasa-rasanya selalu berevolusi hitungan hari. Bahkan kini telah ada motor dan mobil listrik. Suatu saat saya pun ingin memilikinya.

Kembali pada sepeda. suatu waktu saya iseng, sedang scrolling atas bawah di sebuah tajuk referensi aplikasi Youtube. Saya berhenti pada satu video. Belakangan saya sangat menggilai podcast youtube, bahkan secara bertahap saya sudah tidak memperdulikan videonya, saya hanya fokus mendengar. Podcast itu membicarakan tentang sepeda. saya berpikir keras, bagaimana bisa dua orang melakukan percakapan sesederhana membicarakan sepeda. Saya dengarkan podcast itu, dengan sesekali melirik visual di layar. Saya sudah infokan sebelumnya bahwa saya lebih menikmati audio didalam sebuah video pada aplikasi yang awalnya dibuat untuk berbagi visual. Itulah "gila" nya Youtube. Ia bisa mentransformasikan preferensi dan mengubahnya menjadi berjuta kemungkinan sesuai dengan selera pemakainya.

Podcast itu berdurasi satu jam, dengan tema cara bersepeda yang baik. Kegilaan yang hakiki, namun mengandung candu. Saya bisa bersepeda, bahkan sudah sejak lama. Namun saya tetap penasarana dengan diskusinya, satu jam! bayagkan, sebenarnya siapa yang gila? Tapi sudahlah, ini semua atas dasar penasaran. Saya ikuti diskusinya, sampai habis. Kesimpulannya, cara bersepeda saya selama ini salah besar. Pantas saja saya bersepeda sesuai mood saya, bahkan beberapa diantara teman saya ada yang merasakan kebosanan tingkat tinggi hingga trauma. Jika dievaluasi, sebagain besar mungkin karena memang cara bersepeda kita salah.

Disajikan dengan format obrolan dimana yang satu, saya gambarkan sebagai pejuang sepeda yang tanggung, selalu haus akan pencapaian yang setidaknya hanya butuh diakui oleh dirinya sendiri. Satunya lagi, jenaka, penyabar dan bersepeda dengan tekun meskipun dengan tenaga seadanya, hanya agar dia tetap mencintai bersepeda. Keduanya adalah mantan overweight bagi diri mereka sendiri dan telah merasakan keampuhan penurunan berrat badan berkat sepeda. Mereka sudah sampaikan di awal, bersepeda bukan diniatkan untuk menurunkan berat badan, namun berolahraga untuk berjaga dengan kondisi kesehatan akibat overweight. Penurunan berat badan adalah bonus investasi yang didapatkan kemudian hari.

Satu yang saya sepakati, tidak mungkin seseorang bisa mengharap penurunan berat badan 3-25 kg dalam seminggu bersepeda. Sekali lagi bukan itu tujuan bersepeda. Semua itu juga memerlukan jimat KONSISTENSI untuk berhasil. Kepala saya seperti dihantamkan kepada tembok ego dan perilaku pribadi. Kemalasan tidak menghasilkan apapun, Konsistensi akan berbuah manis pada akhirnya, dan jangan selalu diingat serta dicatat. Setidaknya bagi saya, kembali lagi pada persoalan seputar konsistensi dan persistensi. Sengaja? bisa saja. Toh saya yang menulis di sini.

Pada akhirnya saya menemukan keasyikan mendengar podcast tentang sepeda ini, jauh lebih tertarik ketimbang mencari review tentang spesifikasi sepeda tertentu. Saya telusuri seluruh videonya satu persatu, mulai dari edisi awal podcast hingga hari ini. Baru 47 video tentang podcast diantara video lainnya. Saya lahap habis dalam seminggu. berikutnya, saya merasakan kelaparan dan kehausan untuk diberi asupan podcast tersebut. Sabar...pasti ini akan terus berlanjut, pikir saya. Dan saya tergerak untuk bersepeda kembali, belajar dari ilmu yang ada di podcast tersebut, memperbaiki tehnik dan keterampilan saya, dan sekali lagi semoga istiqomah [konsisten] dengan tujuan akhir sehat, bukan turun berat badan. Selamat bersepeda.     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme

Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian

Grand Strategy Making Process