Belanja Militer dan Strategi kontraterorisme AS di Indonesia


Menurut definisinya, anggaran militer AS, adalah bagian dari anggaran federal yang dialokasikan kepada Departemen Pertahanan (Department of Defense/DOD). Anggaran itu ditujukan untuk membayar gaji, pelatihan, pelayanan kesehatan bagi personel militer maupun personel sipil, perawatan senjata, fasilitas dan bahan-bahan yang dibutuhkan, dana operasional, serta untuk pembangunan dan pembelian bahan-bahan baru. Oleh DOD, keseluruhan anggaran itu kemudian didistribusikan ke seluruh cabang militer AS: angkatan darat (Army), angkatan laut (Navy), angkatan udara (Air Force), Korps Marinir (Marine Corps), dan penjaga pantai (Coast Guard). Departemen pertahanan, dalam laporan yang dikeluarkan oleh Office of Management and Budget (OMB), mengatakan, pada tahun fiskal 2007 mereka mengeluarkan dana sebesar US$529,8 triliun. Jumlah ini, jika ditambah dengan pengeluaran untuk aktivitas energi atom dan aktivitas yang berhubungan dengan pertahanan lainnya, total keseluruhan anggaran mencapai US$552,6 triliun. Jumlah anggaran ini juga, dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun fiskal 2006, misalnya, anggaran DOD berjumlah US$411B, dan di tahun fiskal 2007 angka tersebut meningkat menjadi US$437B. Pada tahun 2008, terjadi lagi peningkatan sebesar 50 persen menjadi US$481B. Perbedaan angka ini, mengonfirmasi pengakuan para pengamat akan sulitnya memastikan seberapa besar anggaran militer AS.
Grafik 3.2.1
Anggaran Department of Defense 2002-2010[1]

Philip Coyle, mantan asisten menteri pertahanan di masa pemerintahan Bill Clinton (1994-2001), mengatakan, jika kita menghitung anggaran rutin Departemen Pertahanan AS, maka kita akan menemukan jumlah lebih dari US$750 juta. Namun, Coyle mengakui, kita juga akan melihat bahwa sesungguhnya, jumlah anggaran militer AS hanya sebesar US$450juta. Dan jumlah sebesar itu belum termasuk anggaran untuk perang Irak dan Afghanistan. Terakhir, anggaran yang dikeluarkan pemerintahan Bush untuk bidang militer, mencapai angka US$808 juta.
Tabel 3.2.1
Gambaran Belanja Militer Seluruh Dunia tahun 2007[2]
Negara
GDP
Ranking
%GDP militer
Rangking
Pengeluaran
WORLD
$70,155,374,950,000
-
-
-
$2,157,172,000,000
$14,120,000,000,000
2
5.2%
25
$741,200,000,000
$8,818,000,000,000
3
4.3%
23
$380,000,000,000
$3,680,000,000,000
5
2.5%
62
$92,000,000,000
$2,116,000,000,000
8
3.9%
27
$82,500,000,000
Saudi Arabia
$590,900,000,000
23
10.0%
3
$59,090,000,000
France
$2,094,000,000,000
9
2.6%
57
$54,444,000,000
United Kingdom
$2,123,000,000,000
7
2.4%
63
$50,952,000,000
Turkey
$879,900,000,000
17
5.3%
16
$46,634,700,000
Germany
$2,815,000,000,000
6
1.5%
102
$42,225,000,000
Korea, South
$1,362,000,000,000
13
2.7%
53
$36,774,000,000
Brazil
$2,010,000,000,000
10
1.7%
89
$34,170,000,000
$4,149,000,000,000
4
0.8%
150
$33,192,000,000
Italy
$1,737,000,000,000
11
1.8%
86
$31,266,000,000
Indonesia
$960,200,000,000
16
3.0%
47
$28,806,000,000
Dst ….





Grafik 3.2.2
Perbandingan Pengeluaran Militer Dunia

Penulis buku trilogi anti-kekaisaran (Blowback, Sorrows of Empire, dan Nemesis), Chalmers Johnson, mengatakan, jika seluruh anggaran militer digabungkan, maka kita akan mendapatkan angka tidak kurang dari $1.1 trilyun. Hitung-hitungan lain, dikemukakan oleh trio John Bellamy Foster, Hannah Holleman, dan Robert W. Chesney, yang memperkirakan bahwa anggaran aktual DoD sesungguhnya mencapai $1.002 trilyun (lihat tabel).
Tabel 3.2.2
Rincian Belanja Pertahanan AS Tahun 2007 (Miliar Dolar)
Pernyataan
Fakta
National Defense


552.6
National Defense
662,2
NASA
9,1
Grant for Foreign Government
29
Tunjangan Veteran
40
Pembiayaan Medical Militer
12,1
Kepentingan yang dekat dengan militer
250,1
National Defense
662,2
Total
552.6
Total
1.002,5
Persen GDP
4.0
Persen GDP
7.3

Jika disajikan dalam bentuk grafik, maka didapatkan gambaran alokasi anggaran pertahanan negara menempati porsi terbesar diantara alokasi yang lainnya yaitu lebih dari 60 persen, disusul dengan pengeluaran yang terkait dengan military interest, kemudian belanja tunjangan veteran, bantuan bagi pemerintah negara lain, pembiayaan obat-obatan militer dan yang terkahir bantuan bagi NASA. 

Grafik 3.2.3
Perbandingan Alokasi Anggaran Pertahanan AS 2007[3]

Sejak tahun 2002, anggaran untuk National Security Agency dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security) AS meningkat sebanyak lebih dari 60 persen menjadi sebanyak US$ 36,2 triliun untuk tahun anggaran 2004.[4] Pada tahun anggaran 2005, anggaran DHS meningkat kembali sebesar 10 persen menjadi US$ 40,2 Triliun. Lebih dari 60 persen anggaran DHS digunakan untuk mencegah terorisme di dalam negeri AS. Anggaran pencegahan lainnya termasuk meningkatkan kemampuan intelijen, menyusuri aset-aset milik teroris, dan membangun jaringan kerjasama dengan negara-negara lain. Berikut perbandingan anggaran dari Department of Homeland Security sejak tahun 2003 hingga 2008:

Tabel 3.2.3
Peningkatan Anggaran Department of Homeland Security[5]
 Tahun
Jumlah Anggaran (Miliar Dolar AS)
2003
31.182.200
2004
35.604.092
2005
38.510.517
2006
40.420.007
2007
42.804.409
2008
46.399.702

Grafik 3.2.4
Peningkatan Anggaran DHS

 Kebijakan Indonesia memiliki kilas balik ketika terjadi peristiwa Bom Bali pada bulan Oktober tahun 2002. Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia secara resmi mengekspresikan ketidakpuasan kerjasama Indonesia dalam memberantas terorisme. Serangan di Bali menyiratkan bahwa Indonesia tidak serius dalam menangani terorisme.[6] Jemaah Islamiyah membunuh warga sipil dalam jumlah sangat banyak menjadi peringatan bagi Pemerintah Indonesia untuk mengambil kebijakan yang lebih kuat dan bekerjasama dengan otoritas Amerika Serikat Amerika Serikat dan Indonesia bekerjasama dalam beberapa aspek terutama bantuan untuk kepolisian, jaksa, legislator, imigrasi, dan sebagainya. Bantuan pembangunan kapasitas (Capacity building) tersebut meliputi:[7]
  1. pembangunan unit konter-terorisme di Polri;
  2. pelatihan kontraterorisme bagi polisi dan pejabat keamanan di tahun 2001-2003
  3. Pelatihan unit intelijen keuangan untuk memperkuat rezim anti-pencucian uang
  4. Pelatihan dan bantuan untuk membangun sistem keamanan perbatasan sebagai bagian dari Terrorist Interdiction Program
  5. Beasiswa pelatihan kontra-terorisme dan isu terkait lainnya bagi militer Indonesia
Bantuan pendampingan AS terhadap pemerintah Indonesia difokuskan untuk menanggulangi kemungkinan ancaman terorisme kedepan. AS telah mendonasikan sebesar US$ 50 juta dalam rangka kontraterorisme di Indonesia pada tahun 2002, dimana US$ 47 juta digunakan untuk belanja upgrade kapabilitas polisi dan US$ 4 juta untuk training militer[8]. Departemen Anti Terorisme AS juga telah membantu melatih unit kontraterorisme Indonesia, Densus 88, yang ditujukan untuk penyelidikan yang mengarah pada penangkapan lebih dari 110 tersangka teroris.[9]
Pada tahun 2003, Departemen Pertahanan AS menghabiskan lebih dari US$ 2,3 juta pada Program Beasiswa Pertahanan Regional Kontraterorisme, pelatihan 78 perwira intelijen Indonesia pada Bahasa Inggris, peningkatan profesionalisme militer, dan kursus yang berhubungan dengan kontraterorisme. Dalam beberapa tahun terakhir, bantuan untuk reformasi polisi dan pelatihan telah menjadi fokus utama Kedutaan Besar AS di Jakarta karena pemisahan kelembagaan kepolisian dari militer adalah sebuah konsep yang relatif baru di Indonesia. Pada tahun 2003, Departemen Koordinator Kontraterorisme AS menghabiskan US$ 8 juta pada program bantuan anti terorisme untuk melatih, melengkapi, dan mengatur unit kontra-terorisme dalam Kepolisian Republik Indonesia. Selain bantuan langsung kontraterorisme dan kerja sama, AS juga mensponsori beberapa proyek USAID seperti bantuan kesehatan, program pertumbuhan ekonomi, inisiatif lingkungan, manajemen sumber daya alam, dan pengembangan masyarakat sipil dan demokrasi.[10]
Tabel 3.2.4
Bantuan Amerika Serikat Ke Indonesia Tahun 2002-2004[11]
Program
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Pendampingan Ekonomi



Kesehatan Anak (CSH)
35.568
32.568
29.250
Bantuan Pengembangan (DA)
38.704
38.704
31.691
Pendanaan Dukungan Ekonomi (ESF)
50.000
60.000
60.000
Pasukan Perdamaian (PC)
-
-
-
PL 480, Title II
5.670
10.245
11.194
Total Bantuan Ekonomi
129.942
141.517
132.135
Bantuan Keamanan **tidak termasuk bantuan kontraterorisme



Penegakan Hukum dan Penanggulangan Narkotika Internasional (INCLE)
4.000
-
-
Pendidikan dan Pelatihan Militer (IMET)
0.405
0.400
0.600
Pendanaan Pemasaran Militer Asing (FMF)
-
-
-
Non Proliferasi, anti terorisme, (NADR)
8.000
-
-
Total Bantuan Keamanan
12.405
141.917
132.735
Keseluruhan Bantuan
142.347
141.917
132.735


Tabel 3.2.5
Bantuan Amerika Serikat ke Indonesia Tahun 2005-2009[12]
Jenis Bantuan
2005
2006
2007
Estimasi 2008
Alokasi 2009
CSH
37,100
28,017
27,057
25,737
30,883
DA
27,848
33,199
29,524
70,953
122,021
ESF
68,480
69,300
69,300
64,474
-
FMF
-
990
6,175
15,572
15,700
GHAI
-
-
250
-
-
IMET
728
938
1,398
927
1,500
INCLE
-
4,950
4,700
6,150
9,450
NADR
6,262
6,888
8,881
5,861
6,750
Total
140,418
144,282
147,321
189,674
186,304
Keterangan:
FMF                : Foreign Military Financing
IMET              : International Military Education and Training
INCLE            : International Narcotics Control and Law Enforcement
NADR             : Non-proliferation, Anti-terrorism, De-mining, and Related Programs
 Total anggaran USAID untuk Indonesia pada tahun 2005 adalah US$ 102.800.000, dengan lebih dari 10 persen total anggaran didedikasikan untuk kebijakan reformasi dan pelatihan. Namun, upaya untuk menyelidiki peristiwa 9/11 dan menghilangkan terorisme di Asia Tenggara terhambat oleh kelemahan intelijen AS di Indonesia dan pengetahuan yang terbatas di AS Indonesia. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa titik perhatian utama kerjasama keamanan antara Indonesia dengan Amerika Serikat yaitu pada bagian pembangunan kapasitas pejabat keamanan dan kepolisian agar lebih meningkatkan akuntabilitas dengan lebih mengedepankan nilai-nilai hak asasi manusia.


[1] DoD FY 2010 Budget Request Summary Justification http://comptroller.defense.gov/defbudget/fy2010/fy2010_SSJ.pdf, diakses 23 April 2012 pukul 10.00 WIB
[2] World Wide Military Expenditures 2011, http://www.globalsecurity.org/military/world/spending.htm, diakses 2 Februari 2012 pukul 22.00 WIB

[3] The US Imperial and Military Spending, http://monthlyreview.org/2008/10/01/the-u-s-imperial-triangle-and-military-spending, diakses 22 April 2012 pukul 12.00 WIB
[4] Protecting the Homeland Post September 11, Department of Homeland Security, http://www.dhs.gov/xnews/releases/pr_1158339830666.shtm diakses 22 April 2012 pukul 12.00 WIB
[5] US DHS Annual Financial Reports 2010, http://www.dhs.gov/xlibrary/assets/cfo-afrfy2010.pdf, diakses 20 Februari 2012 pukul 15.30 WIB
[6] Sylvia Windya Laksmi dalam Makalah “Pengaruh Kerjasama Keamanan (Security Cooperation) Amerika Serikat – Indonesia Terhadap Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Terorisme Di Indonesia”.  Program Studi Kajian Terorisme dalam Keamanan Internasional, 2011 Hal 12
[7] Mark Manyin, Richard Cronin, etc. 2003. Terrorism in Southeast Asia. CRS Report for Congress, hal 9-10
[8] U.S. Dept. of State, Aug. 2, 2003. http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2002/12411.htm diakses 6 Maret 2012 pukul 10.00 WIB
[9] Comprehensive U.S. Program Aids Fight Against Terrorism Abroad,” U.S. Dept. of State, http://usinfo.state.gov/is/Archive/2004/Oct/21-21821.html 20 Februari 2012 pukul 15.15 WIB
[10] USAID Policy Budget for Indonesia FY 2005,” U.S. Agency for International Development (USAID). http://www.usaid.gov/policy/budget/cbj2005/ane/id.html diakses 12 Februari 2012 pukul 11.00 WIB
[11] Manyin, Mark., op,cit., hal 28
[12] Lum, Thomas. 2008. U.S. Foreign Aid to East and South Asia: Selected Recipients. CRS Report for Congress hal 18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme

Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian

Grand Strategy Making Process