Strategi Keamanan Nasional AS pasca 11 September 2001
Beberapa
saat setelah penyerangan terhadap gedung WTC dan Pentagon terjadi, AS langsung
mengeluarkan laporan rutin Dapartemen Pertahanan AS, yaitu “Quadrennial Defense Review Report/QDR”
(30 September 2001) dan setahun kemudian disusul dengan “The National Security Strategy/NSS” (17 September 2002) yang
merupakan strategi pemerintahan Bush dalam menghadapi perubahan ancaman
keamanan AS pasca 11 September 2001.
Perubahan
cara pandang terhadap konsep keamanan serta transformasi strategi pertahanan
terlihat jelas baik dalam laporan QDR 2001 maupun didalam NSS 2002. Pada masa pemerintahan
Bill Clinton kebijakan luar negeri AS lebih menekankan pada isu-isu ekonomi,
penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), serta nilai-nilai demokrasi. Hal ini
terlihat dalam “National Security Strategy” tahun 1999, dimana Clinton
merumuskan empat tugas besar bangsa AS, antara lain: [1]
1. Meningkatkan
keamanan Amerika,
2. Meningkatkan
kemakmuran ekonomi Amerika,
3. Mempromosikan
demokrasi
4. Mempromosikan
penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
Sementara
dalam NSS 2002, presiden George W. Bush sangat menekankan persoalan-persoalan
keamanan. Meskipun tidak secara eksplisit, kecenderungan Bush mengedepankan
pendekatan militer dalam strategi keamanannya jelas terlihat. Dalam pidatonya
di Westpoint, pada 1 Juni 2002, Bush mengemukakan tiga tugas besar AS kedepan,
yaitu: [2]
1.
We
will defend the peace by fighting terrorists and tyrants.
2.
We
will preserve the peace by building good relations among great powers.
3.
We
will extend the peace by encouraging free and open societies on every
continent.
Arah
dan warna kebijakan AS memperlihatkan perubahan yang cukup menyolok. Peristiwa
11 September terbukti memiliki peranan yang besar dalam mengubah kepentingan
dan tujuan politik luar negeri AS. Setidaknya seperti apa yang terlihat dalam QDR
2001 yang dikeluarkan Department of Defense pada akhir September 2001 menunjukkan
perubahan orientasi yang besar dalam tujuan-tujuan kebijakan pertahanan. Ada
empat kebijakan (defense policy goals)
yang tercatat dalam laporan tersebut:[3]
1.
Assuring
allies and Friends;
2.
Dissuading
future military competition;
3.
Deterring
threats and coercion against U.S. interests;
4. If deterrence fails, decisively
defeating and adversary.
Dalam
laporan QDR 2001, AS kembali menegaskan bahwa tujuan kekuatan bersenjata AS
adalah untuk melindungi dan meningkatkan kepentingan nasional, serta jika
strategi penangkalan mengalami kegagalan harus mampu melakukan perlawanan pada
ancaman-ancaman terhadap kepentingan tersebut. AS memiliki kepentingan,
tanggung jawab, dan komitmen terhadap dunia. Sebagai sebuah kekuatan global
dalam masyarakat yang sangat terbuka, AS sangat dipengaruhi oleh tren,
kejadian, dan pengaruh-pengaruh yang lain yang berasal dari luar teritorialnya.
Oleh
karenanya, AS memandang bahwa pembangunan postur pertahanan harus
memperhitungkan kepentingan-kepentingan nasionalnya, antara lain:[4]
1. Ensuring U.S. security and freedom
of action, yang meliputi:
a. Kedaulatan
(souvereignity)
AS, integritas teritorial (territorial
integrity), dan kebebasan (freedom).
b. Melindungi
warga negara AS baik yang berada di dalam dan luar negeri.
c. Perlindungan
terhadap infrastruktur strategis AS.
2. Honoring international commitments,
a. Keamanan
dan kesejahteraan negara aliansi dan sahabat.
b. Menghalangi
permusuhan yang mendominasi wilayah-wilayah strategis, khususnya Eropa, Asia
Timurlaut, pesisir Asia Timur, dan Timur Tengah serta Asia Barat Daya.
c. Perdamaian
dan stabilitas di dunia barat (west
hemisphere).
3. Contributing to economic well-being,
meliputi:
a. Vitalitas
dan produktivitas ekonomi global.
b. Keamanan
internasional atas laut, udara dan ruang angkasa, dan jalur komunikasi
informasi.
Melihat
penekanan isu-isu keamanan dan kentalnya nuansa militeristik dalam pendekatan
strategy baru Bush, maka perkembangan baru dalam strategy keamanan nasional AS
diikuti dengan transformasi dalam militer AS. Donald H. Rumsfeld, Menteri
pertahanan pemerintahan Bush, mengatakan bahwa Departemen Pertahanan AS harus
memfokuskan perhatian pada upaya pencapaian enam tujuan program pengembangan
transformasional (development of transfomational
programs). [5]
Keenam tujuan yang disebut Rumsfeld sebagai “six-step strategy” tersebut meliputi:
a. Melindungi
keamanan negara dan menjaga pangkalan-pangkalan AS di luar negeri.
b. Membangun
dan mempertahankan kekuatan dalam medan-medan perang.
c. Meniadakan
tempat perlindungan bagi musuh dan memastikan bahwa tidak satu pun tempat di
dunia ini yang dapat melindungi mereka dari penangkapan.
d. Melindungi
jaringan informasi dari serangan-serangan.
e. Mempergunakan
teknologi informasi untuk perhubungan antar berbagai kekuatan militer sehingga
dapat bekerjasama dalam berperang, dan
f. Mempertahankan
kemudahan akses udara dan melindungi kemampuan (pertahanan) udara dari serangan
musuh.
Pengalaman 9/11 dan ditambah dengan pengalaman
dalam perang Afganistan yang lalu, pada akhirnya menciptakan kebutuhan akan
perubahan dalam postur pertahanan AS dengan cara-cara diatas.
[2] Bush Speech at Wespoint
2002, http://www.usinfo.state.gov diakses tanggal 2 September 2011 pukul
21.00 WIB
[3] U.S. Department of
Defense, Quadrennial defense Reriew: Defense Strategy 2001, hal.11
[5] Donald H. Rusmfeld,
“Tranforming the Military”, Foreign Affairs, Mei/Juni 2002, hal.26
Komentar
Posting Komentar