Tehnik Pengambilan Sample dalam Penelitian
A.Umum
Dalam hubungan
populasi dan sampel Prof.Sutrisno Hadi MA, menjelaskan bahwa sampel atau contoh
adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Agar
lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti istilah subjek dan atau
objek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki popolasi atau yang
representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal tetapi walapun mewakili sampel bukan merupakan
duplikat dari populasi.
Objek Penelitian
sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut Populasi. Namun
dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari objek tersebut
tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasinya dipergunakan teknik sampling yaitu
prosedur untuk mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada di dalam
popilasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya
sebagaian saja. Bagian dari populasi tersebut disebut sampel yang dianggap dapt
mewakili populasinya.
Karena berbagai
alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan
dapat diteliti. Penelitian ilmian boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan
terhadap sebagian saja dari hal-hal yang sebenarnya mau diteliti. Penelitian
hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Generalisasi dari
sampel ke populasi ini mengandung risiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau
ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan
populasi. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara
untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapt
dicapai kalau diperoleh sampel yang representastif, yaitu sampel yang benar-benar
mencerminkan populasinya.
B. Petunjuk – Petunjuk untuk mengambil sampel
·
Daerah generalisasi
Yang penting di sini
adalah menentukan terlebih dahulu luas populasinya sebagai daerah generalisasi,
selanjutnya setelah itu barulah sampelnya sebagai daerah penelitiannya.
·
Penegasan sifat-sifat populasi dan ketegasan
batas-batasnya
Bila luas populernya telah ditetapkan, harus
segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat populasinya. Penegasan ini adalah
sangat penting, bila menginginkan adanya validitas dan reliabilitas bagi
penelitiannya. Oleh sebab itu ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat
populasinya, dan memberrikan batas-batas yang tegas, baru kemudian menentapkan
sampelnya.
·
Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasi secara
terperinci dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi tentang
populasi tersebut. Misalnya : sensus penduduk, dokumen-dokumen yangn disusun
oleh instansi – instansi dan organisasi-organisasi.
·
Besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang
harus diambil untuk sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
Winarno Surachmad dalam “Dasar dan Teknik Research Pengatar metodologi Ilmiah”,
memberikan pedoman sebgai berikut “Apabila populasi cukup homogen (serba sama),
terhadap populasi di bawah 100 dapt dipergunakan sampel sebesar 50%, diatas
1.000 sebesar 15%. Memang seyogiyanya jumlah sampel itu harus lebih banyak
daripada sedikit/kurang. (Over sampling is always better than under sampling).
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006)
memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran
sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian
2. Jika
sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),
ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam
penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk
penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,
penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10
sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat
tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan
peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal
tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin
kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah
sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan
generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah
populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi
·
Menentapkan teknik sampling
Harus disadari bersama bahwa didalam masalh
sampel ada yang disebut: biased Sampel : yaitu sampel yang tidak mewakili
populasi atau disebut juga dengan “sampel yang menyeleweng” sedang pengambilan
sampel yang menghasilkan yang menyeleweng disebut : Biased Sampling. Biased
Sampling adalah pengambilan sampel yagn tidak dari seluruh populasi, tetapi
hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan
kepada seluruh populasi.
C. Teori Pengambilan Sampel
Sampel pada dasarnya dapat diambil secara
sembarang, namun dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori dengan
mengelompok-kelompokkan keinginan/pertimbangan pribadi, secara garis besar
teori dapat dibagi 3 golongan besar:
1) Teori Kemungkinan (Probability)
2) Teori Terbatas (Non Probability)
3) Teori Gabungan
4) Teori kemungkinan (Probability)
Teori ini digunakan untuk pengambilan sampel
apabila setiap elemen yang terdapat di dalam populasinya mempunyai kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel, tanpa memperhatikan unsure-unsur dalam elemen
tersebut.
Pemilihan sampel secara probabilitas ini,
harus memperhatikan jumlah populasi dan sampelnya serta tanpa memperhatikan
keadaan heterogenitas pada populasinya.
Jenis probalititas ini oleh para pedahulu
telah membagi bentuk-bentuk tertentu dengan membedakan ke dalam teknik pelaksanaan
pengambilan sampelnya,antara lain dalan cara :
Random
Sistematik
Teori Terbatas (non Probability)
Secara teknis pengambilan sampel yang
dilakukan dengan menggunakan teori terbatas, ada beberapa jenis antara lain :
Snowball
Pengambilan sampel dengan bantuan
key-informan, dan dari keinforman inilah akan berkembang sesuai petunjuknya.
Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan criteria sebagai persyaratan untuk
dapat dijadikan sampel.
Biasanya jenis ini digunakan, karena peneliti
tidak mengetahui para calon respondennya, sehingga melalui bantuan key-informan
jumlah responden yang dikehendaki dapat terpenuhi.
Purposive
Sampel diambil dengan berdasarkan
pertimbangan subjektif peneliti, dimana persyaratan yang dibuat sebagai criteria
harus dipebuhi sebagai sampel. Jadi dasar pertimbangannya ditentukan tersendiri
oleh peneliti dan sampel yang diambil secara purposive ini peneliti harus :
Mempunyai pengetahun yang cukup tentang
populasinya
Tepat dalam menentukan persyaratan.
Menguasai benar-benar materi penelitian
dengan segala permasalahannya.
Incidental
Subjek sampel diambil secara sembarang, tanpa
mempergunakan metode atau teknik sampling.
Teori Gabungan Pengambilan sampel dilakukan
secara bertahan, yaitu diawali dari teori kemungkinan dengan salah satu
jenisnya dan kemudian diikuti dengan teori terbatas dengan salah satu jenisnya
atau sebaliknya.
D. Teknik – Teknik Sampling
Teknik Random Sampling
Teknik random sampling adalah teknik
pengamnilan sampel dimana semua dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah
pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa
pilih-pilih atau tanpa pandang bulu, didasarkan atas prinsip-prinsip matematika
yang telah diuji dalam praktek. Karenanya dipandang sebagi teknik sampling
paling baik dalam penelitian.
Dalam Praktek, prosedur sampling meliputi:
Cara Undian
Pengambilan sampel secara undian ialah
seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun Langkah-langkahnya adalah :
a) Membuat
daftar yang berisi semua objek, objek, peristiwa atau kelompok-kelompok yang
akan diselidiki.
b) Memberi
kode yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam nomor 1.
c) Menulis
kode tersebut masing-masing pada selembar kertas kecil.
d) Menggulung
setiap kertas kecil berkode tersebut.
e) Memasukkan
gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis
f) Mengocok
baik-baik kaleng tersebut.
g) Mengambil
satu persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
Cara ordinal
Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor
genap atau ganjil atau kelipatan tertentu. Langkahnya :
a) membuat
daftar yang berisi semua subjek, objek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki
lengkap dengan nomor urutnya.
b) Mengambil
nomor-nomor tertentu, misalnya nomor ganjil semua atau genap atau nomor-nomor
kelipatan tertentu.
Cara Randomisasi dari tabel bilangan random
Cara ini menuntun para peneliti untuk memilih
anggota sampel dengan langkah :
a) Membuat
daftar nomor dan nama subjek
b) Membuat
tabel yang berisi nomor-nomor subjek
c) Menjatuhkan
pensil secara sembarangan pada petak-petak tabel yang berisi nomor-nomor sampai
diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
Teknik Non Random sampling
Teknik non random sampling adalah cara
pengambilan sampai tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih
menjadi sampel. Penelitian –penelitian pendidikan, psikologi, ada kalanya
menggunakan teknik ini, karena mempertimbangkan faktor-faktor tertentu misalnya
: Umur, tingakt kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lain-lain.
Macam-macam Teknik non random sampling
Teknik Proportional Sampling
Teknik ini menghendaki cara pengambilan
sampel dari tiap –tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya
sub-sub populasi tersebut.
Cara ini dapat member landasan generalisasi
yang lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada apabila tanpa memperhitungkan
besar kecilnya sub populasi dan tiap-tiap sub populasi
Teknik Stratified Sampling
Teknik ini biada digunakan apabila populasi
terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat-tingkat.
Penelitian pendidikan sering menggunakan
teknik ini, misalnya apabila meneliti tingat-tingkat pendidikan tingkat kelas.
Langkah-langkahnya :
1) Mencatat banyaknya tingkatan yang ada
dalam populasi
2) Menentukan jumlah tingkatan pada sampel
berdasarkan 1) tersebut
3) Memilih anggota sampel dari masing-masing
tingkatan pada a) dengan teknik proposioal atau proposional random sampling.
Teknik Purposive Sampling
Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan
cirri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat
dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
Teknik Quota Sampling
Teknik ini menghendaki pengambilan sampel
dengan mendasarkan diri pada quotum (kotum). Peneliti harus terlebih dahulu
menentapkan jumlah subjek yang akan diselidiki. Subjek-subjek populasi harus
ditetapkan kriterianya untuk menetapkan criteria sampel.
Ciri pokok dalam quota sampling adalah bahwa
jumlah subjek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini
ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah criteria-kriteria
dalam populasi sudah tercermin dalam sampel. Karenanya teknik ini kurang
disukai.
Teknik Double Sampling
Yaitu pengmabilan sampel yang mengusahakan
adanya sampel yang dimaksud sampel kembar yaitu sampel yang diperoleh misalnya
secara angket. Dari cara ini, ada angket yang kembali dan ada angket yang tidak
kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak
kembali dipertegas dengan interview. Jadi sampling kedua ini berfungsi mencek
sampling pertama.
Teknik Area Probability sampling
Teknik ini menghendaki cara pengambilan
sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada
populasi. Artinya daerah yang ada pada populasi dibagi-bagi menjadi beberapa
daerah yang lebih kecil.
Teknik Cluster Sampling
Teknik menghendaki adanya kelompok-kelompok
dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada pada
populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok, kemudian
kelompik itu tercermin dalam sampel.
Seperti telah disebutkan tujuan berbagai
teknik penetuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling
mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut sampel yang paling representative.
Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak
pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya dapat didekati secara metodologis
melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoritis
maupun secara eksperimental.
Ada empat parameter yang biasa dianggap
menentukan Representativeness sesuatu sampel, yaitu
a)
Variabilitas Populasi
b)
Besar sampel
c)
Teknik penentuan sampel dan
d)
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
E. Hal-hal yang perlu mendapatkan Perhatian
dalam Penarikan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian sangat
bergantung pada populasinya, terbatasya waktu dan tenaga. Adanya 4 faktor yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam penelitian :
1) Derajat keseragaman (degree of
homogeneity) dari populasi. Makin seregaman populasi itu, makin kecil sampel
yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely homogeneous),
maka satu satuan elemen saja dari sepuluh populasi itu sudah cukup
representative untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak
sempurna (completely heterogeous), maka hanya elemen lengkaplah yang dapat
memberikan gambaran representative.
2) Presisi (Precision) yang dikehendaki dari
peneliti. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel
yang harus diambil.
3) Rencana Analisa. Adakalanya besarnya
sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau
dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang
mencukupi.
4) Tenaga, biaya dan waktu. Kalau mengingat
presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar, tetapi terbatasnya dana,
tenaga dan waktu, maka tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar dan ini
berarti presisi akan menurun.
Pada dasarnya sampel dalam penelitian akan
memberikan keuntungan bagi peneliti dalam pencarian data yang detail dengan
analisa sasaran dapat tercapai, terutama dapat lebih menfokuskan pada objek
yang lebih kecil/sempit dan dengan harapan mewakili keadaan yang lebih luas.
Daftar Pustaka
Narbuko,C., Achmadi, A,H. 2004 . Metodologi
Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara
Suryabrata, S. 20 Su05. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Subagyo,J.2004. Metode Penelitian Dalam Teori
dan Praktek.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Contoh pemilihan Sampling menggunakan Rumus
Slovin
N = n/N(d)2 +
1
n
= sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Jumlah populasi
adalah 630, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah
sampel yang digunakan adalah
N=630/630(0.05)2+1=244.66
dibulatkan 245 (dapat digunakan rumus lainnya
Menghitung Jumlah Sampel Menggunakan Rumus Lemeshow Dengan Excel
BalasHapusCounting Number of Samples Using Lemeshow Formulas With Excel
Klik (Click) Link
https://bit.ly/Lemeshow