Politik Domestik dan Pembentukan Strategi Kontraterorisme
Politik domestik
merupakan variabel yang
menentukan dalam mempertajam
pilihan strategi dan kebijakan suatu negara dalam isu keamanan
khususnya isu terorisme. Faktor
domestik ini menjadi
faktor yang sangat menentukan dan
penting karena kedua
aspek ini dapat
menjadi hal berpengaruh besar dalam pilihan
strategi kontraterorisme AS di Indonesia
di bidang keamanan.
Karena variabel domestik
sendiri saling berebut
pengaruh yang dapat mengerucut dalam konstelasi politik yang berdampak tidak hanya domestik
namun juga internasional, sehingga pemerintahan
AS perlu mempertimbangkan
dengan cermat dan
hati-hati agar strategi yang
telah diputuskan tidak merugikan pihak-pihak
tertentu yang dapat menghambat dalam implementasi Global War on Terror di Indonesia maupun
dinegara lain yang mengancam tujuan dalam perumusan strategi pemberantasan terorisme itu sendiri
oleh AS.
Perubahan global
yang terjadi sejak
berakhirnya Perang Dingin, mempengaruhi sistem
domestik Indonesia: demokratisasi
politik, meningkatnya peran masyarakat
sipil dalam mempengaruhi
keputusan politik, liberalisasi ekonomi, demiliterisasi peran
politik TNI, masuknya
isu HAM dan
lingkungan hidup dalam wilayah
politik publik, dan
lain sebagainya. Masyarakat
Indonesia kini menjadi melek isu publik yang sedang hangat terjadi. Hal ini
menjadi tantangan bagi negara-negara yang melakukan kerjasama baik bilateral,
multilateral maupun regional untuk mengimplementasikan strategi kebijakannya di
negara ini. Terlebih persoalan terorisme adalah bagian dari fokus perhatian
masyarakat. Masyarakat seakan terancam keamanan dan keselamatannya, namun juga
sangat berhati-hati atas setiap strategi dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam penanganannya. Era Reformasi melahirkan semangat kebebasan
berpendapat dan melunturkan otoritarianisme. Oleh karenanya masyarakat juga
berharap penanganan terorisme dilakukan dengan tetap memperhatikan
batasan-batasan sejalan dengan demokratisasi dan penghormatan atas hak asasi
manusia.
Sejalan dengan
proses demokratisasi, terjadi
pula demokratisasi pada sektor politik luar negeri Indonesia,. Dengan
meningkatnya peran legislatif dan masyarakat dalam penentuan kebijakan dan
kebebasan pers untuk mengakses kebijakan yang berkaitan dengan negara laian,
membawa perubahan mendasar dalam hal relasi antara isu kerjasama antar negara dan
publik Indonesia. Sehingga, dalam beberapa tahun terakhir ini kita melihat
adanya perubahan; strategi kerjasama
antara Indonesia dengan negara lain yang
sebelumnya merupakan wilayah
elit politik, kini menjadi
isu publik. Publik kini mempunyai
bobot yang menentukan sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan. Isu
terorisme dan keamanan juga telah menjadi perhatian publik. Publik kian menaruh
perhatian pada langkah apapun yang
diambil pemerintah, termasuk bentuk kerjasama yang dilakukan. Amerika Serikat
kemungkinan melihat peran signifikan dari publik serta kondisi politik domestik
secara keseluruhan untuk menentukan strategi kerjasama kontra terorisme di
Indonesia. Upaya untuk meminimalisir ancaman dan aksi terorisme Indonesia juga
memerlukan peran serta masyarakatnya sebagai agen sosial di lapangan, sehingga
perlu melakukan pendekatan yang tidak menimbulkan penolakan dan tepat sasaran.
Pada kasus Indonesia, kelengkapan informasi mengenai
potensi ancaman dan lawan yang dihadapi sangat menentukan tindakan yang akan
dilakukan oleh AS. Hal ini untuk mengurangi kesalahan serius serta
mengidentikansi alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk meminimalkan
resiko. Indonesia merupakan perkecualian yang langka sebagai
negara berpopulasi mayoritas Muslim yang berpandangan
positif terhadap Amerika Serikat. Fakta bahwa Presiden Obama tinggal di Indonesia di
masa kecilnya, dan bahwa negara ini telah melalui kemajuan dari sisi demokrasi secara
signifikan serta Indonesia juga telah merasakan tindak terorisme, membuat
pandangan masyarakat Indonesia terhadap AS lebih positif. Kerjasama bilateral antar pemerintah antara Indonesia dan
Amerika Serikat meningkat secara signifikan mulai tahun 2005. Kerjasama
bilateral dalam masalah mengenai counter terorisme
meningkat pada saat yang bersamaan dengan meningkatnya penghargaan AS terhadap
pentingnya strategi Indonesia dan naiknya demokrasi. Ada peningkatan dalam
persepsi Indonesia mengenai Amerika Serikat.
Pembentukan
aliansi dan kerjasama antar negara sangat vital dalam menekan aksi teror,
karena negara-negara asal lebih mengenal dan memahami kultur, budaya serta
medan di negara mereka, dalam upayanya mengajak suatu negara ikut bergabung
dalam aliansi atau mau diajak bekerja sama, disinilah peran vital diplomasi
semakin terlihat peranannya. Tetapi selain mengandalkan diplomasi dengan negara
asal (host country), upaya offensif juga terkadang harus
dilakukan demi melemahkan organisasi teroris dengan menyerang infrastruktur
mereka melalui operasi maupun serangan militer konvensional demi mementahkan
akses kelompok teror terhadap pasokan baik materiil maupun non-materiil.
AS menerapkan strategi yang signifikan
bagi perluasan dan pendalaman bilateral hubungan dengan Indonesia yang bisa
memiliki implikasi yang lebih luas bagi keterlibatan Amerika Serikat dengan
ASEAN dan dengan negara-negara Muslim. Perdebatan mengenai kebijakan AS
terhadap Indonesia yang berbingkai hak asasi manusia dan kepentingan keamanan diredam
dengan kebijakan strategi soft approach oleh
AS yang mencakup
pertimbangan kemungkinan pendekatan kebijakan
luar negeri yang menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia namun tetap
berusaha untuk memperkuat hubungan bilateral untuk membantu dalam perjuangan
melawan ekstremis Islam garis keras dan untuk memajukan kepentingan-kepentingan
geopolitik AS. Pilihan strategi ini juga didasarkan pada analisa peta politik
domestik yang ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih trauma dengan penyimpangan
dan kesewenang-wenangan yang dilakukan militer pada masa Orde Baru. Banyak yang
merasa bahwa masih ada kekurangan mengenai akuntabilitas pelanggaran HAM masa
lalu oleh militer Indonesia, khususnya pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan oleh milisi pro-pemersatu dalam Timor Timur pada tahun 1999, dan
pelecehan di Papua dan Papua Barat. Kondisi tersebut menjadi pertimbangan bagi
AS untuk lebih percaya kepada aparat penegak hukum dan lembaga-lembaga lainnya
di Indonesia yang dapat meminimalkan resiko resistensi masyarakat. Memperkuat kerjasama militer akan menimbulkan kecurigaan
dan ketakutan masyarakat Indonesia bahwa pemerintah Indonesia akan kembali
memilih strategi ”tangan besi” yang sarat dengan pelanggaran tersebut. Oleh
karenanya pemerintah AS melihat potensi kerjasama lain dengan kepolisian
sebagai mitra kontraterorisme AS. Kepolisian dimata masyarakat masih diberikan
kepercayaan dan jauh dari potensi pelanggaran seperti yang dituduhkan kepada
pihak militer pada Orde Baru.
AS mengembangkan perluasan hubungan
bilateral dengan Indonesia secara signifikan untuk kepentingan yang saling menguntungkan
termasuk dialog yang konstruktif antara Amerika Serikat dan dunia Muslim. Indonesia berstatus sebagai negara moderat, bangsa yang
demokratis, menjadi minat khusus bagi Pemerintahan Obama untuk merangkul dunia
Islam. Kredibilitas AS dalam dunia Muslim telah
terluka oleh persepsi bahwa AS berperang melawan Islam. Oleh karena itu,
dengan merangkul Indonesia, Amerika Serikat
dapat mulai menjalankan misinya untuk memperbaiki kesalahpahaman dan
mengembangkan hubungan yang lebih konstruktif tidak hanya dengan Indonesia tetapi juga dengan negara-negara Islam moderat lainnya.
Memperluas pendidikan bilateral pertukaran, penelitian hibah, dan
pelatihan Bahasa Indonesia bisa mendidik generasi sekarang dan masa
depan para elite, sementara memberi mereka pemahaman yang disempurnakan dengan nilai-nilai Amerika Serikat. Seperti pertukaran
pendidikan juga dapat memberikan Amerika kesempatan untuk lebih memahami
Indonesia dan peran yang bermain di wilayahnya dan di dunia Islam.
AS fokus pada peran penting di Indonesia dalam perjuangan
melawan Islam radikal di Asia Tenggara. Indonesia
mungkin akan tetap menjadi
mitra yang sangat diperlukan dalam perjuangan melawan kekerasan Islamis di Asia Tenggara pada tahun-tahun yang akan datang. Pilihan strategi soft approach sebagai bagian dari kebijakan Amerika Serikat dalam mempertahankan hubungan kerja yang baik dengan Indonesia. Pendekatan semacam itu juga dapat membangun momentum dalam mengembangkan hubungan bilateral antar militer dan mengembangkan peningkatan pertukaran, pelatihan, dan hubungan antar militer dalam rangka membangun kekuatan penuh TNI sambil terus bekerja sama dengan polisi Indonesia.
mitra yang sangat diperlukan dalam perjuangan melawan kekerasan Islamis di Asia Tenggara pada tahun-tahun yang akan datang. Pilihan strategi soft approach sebagai bagian dari kebijakan Amerika Serikat dalam mempertahankan hubungan kerja yang baik dengan Indonesia. Pendekatan semacam itu juga dapat membangun momentum dalam mengembangkan hubungan bilateral antar militer dan mengembangkan peningkatan pertukaran, pelatihan, dan hubungan antar militer dalam rangka membangun kekuatan penuh TNI sambil terus bekerja sama dengan polisi Indonesia.
Pendekatan yang berusaha untuk memadukan
kepentingan kebijakan luar negeri Amerika dengan mengembangkan kemitraan yang
komprehensif untuk mempromosikan demokrasi, pemerintahan yang baik, sipil masyarakat, dan aturan hukum serta hak asasi manusia dan
kepentingan keamanan menjadi pilihan strategi sebagai bagian dari program
kontra terorisme AS di Indonesia. Diharapkan pendekatan ini juga berdampak positif dan mendapat dukungan dari
masyarakat Indonesia secara tidak langsung
terhadap hak asasi manusia di Indonesia serta memperkuat hubungan antara
kedua negara.
Status Indonesia sebagai sebuah negara muslim moderat
yang diakui mengalami kemajuan demokrasi tidak menyisakan ruang alasan bagi
penggunaan kekuatan militer AS. Meskipun mayoritas penduduknya muslim, namun
tidak menjadikan masyarakat menerapkan secara kaku prinsip-prinsip Islam di
dalam kehidupan sehari-hari, bahkan toleransi dengan penduduk yang beragama
lain sangat tinggi. Dengan mendekati Indonesiayang terkenal sebagai negara
muslim yang demokratis, Amerika
Serikat dapat memperbaiki sentiment yang ditujukan pada negara tersebut sebagai
negara anti muslim oleh kebanyakan kelompok-kelompok pro Islam di dunia.
Sebaliknya, jika Indonesia berada dalam sikap berseberangan, akan mempersulit
posisi Amerika Serikat.
Begitu pula dengan peran
strategis Indonesia di Asia Tenggara yang cukup besar. Kestabilan politik dan
keamanan di Indonesia akan mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara sehingga
juga berpengaruh pada kepentingan Amerika Serikat di wilayah tersebut. AS
meminimalkan peran militer di Indonesia untuk mengurangi gesekan dan penolakan
yang mungkin terjadi yang dapat mengganggu epentingan AS di wilayah Indonesia
dan Asia Tenggara
Komentar
Posting Komentar