Keterlibatan hegemoni dalam Penyusunan Strategi Kontrateror Indonesia
Penyusunan
strategi sebuh negara, utamanya politik, dipengaruhi oleh kelengkapan informasi
yang diperoleh, besaran anggaran militer yang tersedia,teknologi yang dimiliki,
tekanan internasional dan dukungan publik di dalam mencapai tujuan dan sasaran
negara. Pada kasus Indonesia, pilihan strategi kontrateriorisme AS di Indonesia
dipengaruhi oleh kelengkapan informasi yang didapat dari opini masyarakat dan
informasi perkembangan Indonesia, dukungan oleh publik AS dan tekanan
internasional terhadapa perubahan kebijakan kontraterorisme AS yang cenderung
menggunakan pendekatan militer. Faktor peningkatan anggaran militer AS tidak
cukup signifikan dalam mempengaruhi AS dalam penyusunan pilihan strategi soft approach di Indonesia. Faktor teknologi tidak dibahas karena tidak cukup
data dan tidak signifikan dijadikan unit analisa, karena kerimpangan sumber
daya teknologi yang dimiliki oleh kedua negara.
Indonesia
sebagai negara yang mengalami kemajuan demokrasi dan masyarakat yang semakin
kritis terhadap isu publik menjadikan bahan kalkulasi AS di dalam meminimalkan
resiko dan mengurangi gesekan yang akan menjadi hambatan keberhasilan
implementasi strategi kontraterorisme di Indonesia. Masyarakata AS dan dunia
internasional juga menuntut adanya perubahan pendekatan negara superpower
tersebut dalam kebijakan penanganan terorisme, baik di lingkup domestik maupun
internasional. AS dinilai melakukan pelanggaran atas kedaulatan dan
prinsip-prinsip HAM terkait implementasi kebijakan War on Terror pada masa
pemerintahan Bush. Terpilihnya Barack Obama sebagai presiden semakin memperkuat
keinginan masyarakat terhadap kebijakan negara tersebut yang lebih
memprioritaskan penggunan kekuatan militer dalam mewujudkan keamanan dan
perdamaian di dalam negeri maupun di luar wilayahnya.
Karakter
geografis Indonesia yang bersifat negara kepulauan, dengan kontur wilayah yang berbukit-bukit
menjadi kelemahan bagi negara luar yang akan melakukan operasi kontraerorisme. Teroris
seringkali bersembunyi diantara penduduk biasa di kota-kota besar, sehingga
menyebabkan kerusakan yang lebih besar jika pemerintah melakukan operasi di
tengah kota. Teroris tinggal di lokasi-lokasi yang tidak dapat diakses, seperti
gua-gua atau di tengah. Pemerintah harus melakukan penjagaan di sebanyak
mungkin tempat, sementara teroris dapat mengidentifikasikan dan mengarahkan
target-target ke sasaran yang lemah. Hal ini berarti bahwa penjagaan oleh
pemerintah berbiaya relatif mahal. Dalam hal ini teroris dapat menunggu dan
meilih waktu yang paling tepat untuk beraksi, seperti pada peristiwa 9/11.
Padahal pemerintah yang demokratis memiliki berbagai keterbatasan dalam
merespon teroris, sementara teroris fundamentalis tidak memiliki batasan untuk
melakukan aksi brutal dalam bentuk apapun. Pemerintah juga memiliki jenjang
hirarkhi, sementara teroris masa kini tidak memilikinya.
Berbagai
ketimpangan yang muncul akan memperkecil peluang negara dalam memenangkan
pertempuran melawan terorisme. Perang melawan terorisme tidak hanya
mengandalkan kekuatan otot dan senjata, melainkan juga menguras pikiran.
Permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa pengerahan kekuatan militer saja
tidak cukup, namun juga melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hal ini yang mejadi pertimbangan bagi AS
untuk tidak serta merta mengerahkan kekuatan militernya di Indonesia. AS juga
mengalami krisis sumber daya dan kekuatan pertahanan akibat penggunaan militer
di luar negeri, hal ini menimbulkan kerawanan gangguan yang dapat mengancam
wilayah domestik. AS juga menjaga citra positif sebagai negara yang
mempromosikan demokrasi, kebebasan dan HAM serta mengamankan posisinya di dalam
struktur internasional, sehingga sangat
selektif dalam menyusun dan menerapkan strategi guna mencapai tujuan dan
sasaran.
Secara
keseluruhan ada beberapa potensi yang dimiliki Indonesia sehingga menimbulkan
ketertarikan Amerika Serikat terkait keterlibatan Indonesia dalam kampanye anti
terorisme Amerika Serikat. Potensi-potensi tersebut adalah:
a. Penduduk
muslim Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Potensi ini sangat penting
karena apabila mendapat dukungan dari Indonesia, Amerika Serikat dapat
memperbaiki sentiment yang ditujukan pada negara tersebut sebagai negara anti
muslim oleh kebanyakan kelompok-kelompok pro Islam di dunia.
b. Indonesia
adalah negara penganut sistem demokrasi terbesar ketiga. Bahkan jika melihat
berdasarkan jumlah hasil pemilihan umum tahun 1999, Indonesia menjadi negara
dengan tingkat partisipasi terbesar kedua setelah India dengan jumlah pemilih
90%.
c. Frekuensi
serangan teroris di Indonesia cukup besar. Beberapa kejadian itu menjadi
indikasi kuat bahwa ada kelompok teroris yang sedang beroperasi di Indonesia.
d. Peran
strategis Indonesia di Asia Tenggara cukup besar. Kestabilan politik dan
keamanan di Indonesia akan mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara sehingga
juga berpengaruh pada kepentingan Amerika Serikat di wilayah tersebut.[1]
e. Kedekatan
Indonesia dengan Amerika Serikat yaitu Cina dan Rusia membuat Amerika Serikat
terusik. Hal ini disebabkan setelah kunjungan ke Cina dan Rusia, Indonesia
dapat menjajaki kemungkinan paket non ekonomi seperti pembelian senjata dan peralatan
militer yang akan membuat Amerika Serikat semakin risau.[2]
Faktor-faktor tersebut kemudian dijadikan
sebagai bagian dari kepentingan politis Amerika Serikat yang harus ditangani
secara tepat dalam kebijakan politik luar negerinya. Oleh karena itu, pemerintah
Amerika Serikat merasa perlu terlibat dalam penanganan terorisme di Asia
tenggara, khususnya di Indonesia
[1] Wiryono Sastrohandoyo.
“US-Indonesia Relations Post 11
September” .http://www.eias.org/publikations/briefing/2001/usindonesia911.pdf.
Diakses 30 Maret 2012 pukul 12.00 WIB
[2] “Isu Terorisme Cermin Kepentingan AS” http://www.beritasore.com/.. Diakses 2
Maret 2012 pukul 15.15 WIB
Komentar
Posting Komentar