Merancang Organisasi Birokrasi Kekinian
Membicarakan organisasi, utamanya
pada sector public, tidak akan dapat dipisahkan dari pembahasan tentang
administasi dan birokrasi. Bahasan mengenai pembentukan organisasi dan
birokrasi, dilaksanakan dengan berpedoman pada teori-teori yang dicetuskan oleh
pelopor sejak era 1800-an seperti Max Weber, Henry Fayol, F.W Taylor, Maslow
dan lain sebagainya.
Teori klasik mendefinisikan
organisasi sebagai struktur hubungan, kekuassan-kekuasaan, tujuan-tujuan,
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang
terjadi bila orang bekerjasama. Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik
birokrasi sebagai berikut :
- Pembagian kerja yang jelas.
- Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
- Program rasional dalam pencapaian.
- Sisitem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
- System aturan yang mencangkup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
- Hubungan-hubungan antar pribadi yang sifatnya “impersonal”.
Dengan kata lain, birokrasi
adalah sebuah model organisasi normatif yang menekankan struktur dalam
organisasi.
Fayol, dalam kaitannya dengan
pembahasan mengenai administrasi, mengemukakan dan membahas 14 (empat belas)
kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi, yaitu :
- 1. Pembagian kerja (division work)
- 2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
- 3. Disiplin (discipline)
- 4. Kesatuan perintah (unity of command)
- 5. Kesatuan pengarahan (unity of direction)
- 6. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subordination of individual interest to general interest)
- 7. Balas jasa (remuneration of personnel)
- 8. Sentralisasi (centralization)
- 9. Rantai scalar (scalar chain)
- 10. Aturan (order)
- 11. Keadilan (equity)
- 12. Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
- 13. Inisiatif (initiative)
- 14. Semangat korps (esprit de corps)
Selain itu, Fayol memerinci
fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi “elemen-elemen manajemen” yang juga dikenal dengan Fayol’s Functionalism
atau teori fungsionalisme Fayol , yaitu :
- a. Perencanaan (planning),
- b. Pengorganisasian (organizing),
- c. Pemberian perintah (commanding),
- d. Pengkoordinasian (coordinating), dan
- e. Pengawasan (controlling)
Pembaharuan terhadap teori ini,
atau dikenal dengan teori organisasi modern, dirasakan sejak tahun 1950, dan
terus berevolusi dalam setiap perkembanganya. Secara umum, anggapan yang umum
berlaku di dalam membedakan teori organisasi klasik dengan teori organisasi
modern terletak pada sobyek pembahasan. Klasik menekankan pada pentingnya aspek
psikologis dan sosial karyawan sebagai individu atau kelompok kerja. Sedangkan
modern,memadukan antara organisasi klasik dg organisasi neoklasik yang melihat
bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan
tak bisa dipisahkan. Hal yang paling masuk akal untuk dilaksanakan di dalam
memahami konsep tentang organisasi, birokrasi dan administrasi adalah,
mempelajari kedua aliran terseut dan mengidentifikasi kelebihan masing-masing yang
dapat dikombinasikan menjadi strategi implemetasi sekaligus juga memetakan kekurangan
sebagai potensi hambatan yang perlu diantisipasi.
Bagaimana kaitannya dengan
Organisasi yang ada pada era saat ini?
Berbicara mengenai organisasi
dewasa ini, tentu sangat berbeda dengan pembahasan mengenai hal tersebut pada
era sebelumnya, utamanya pada saat kemunculan teori-teori tersebut. Lingkungan strategis
yang membentuk kebijakan dan keputusan juga sangat berbeda diantara keduanya. Pada
masa awal kebangkitan teori ini, dilatarbelakangi dengan kondisi Negara-negara
ang sedang melaksanakan revolusi industry, peperangan juga masih sering
terjadi, dan dengan demografi penduduk yang belum semajemuk dan sebesar dengan
yang ada pada saat ini, serta dengan dukungan teknologi yang masih terbatas.
Kemudian, apakah hal ini berarti
teori klasik tidak dapat dijadikan rujukan sama sekali?
Tentu jawabannya tidak semudah
itu. Teori-teori klasik diperlukan sebagai pijakan di dalam mengembangkan teori
baru yang diharapkan lebih applicable di dalam proses implementasi sesuai
dengan keadaan yang sedang berlangsung. Tanpa mendasari diri dengan teori-teori
yang lebih dulu ada, kemungkinan untuk tersesat dan gegabah di dalam menentukan
focus pembahsan akan sangat mungkin terjadi. Disisi lain, hal ini juga berarti
bahwa teori-teori klasik ini tidak serta
merta harus menjadi satu-satunya dasar di dalam pengembangan organisasi,
birokrasi dan administrasi tanpa adanya kesempatan untuk merujukpada
teori-teori lain yang telah berevolusi. Seperti telah disampaikan, terdapat
perbedaan kondisi yang melatarblakangi lahirnya teori tersebut, jika
dibandingkan dengan kondisi dewasa ini.
Apa yang terjadi saat ini?
Lingkungan strategis dunia pada
saat ini dilatarbelakangi oleh adanya kluster negara-negara yang berpengaruh
terhadap perilaku organisasi dan administrasi oleh negara tersebut. Saat ini
kita secara umum mengenal adanya kluster negara maju, negara berkembang, negara
tertinggal, dan negara gagal. Kondisi negara pada masing-masing kluster sangat
berbeda, yang akan menentukn bagaimana sebuah kebijakan dibuat dan dijalankan. Selain
itu, perkembangan teknologi yang ada saat ini sangat dinamis dan aktif, bahkan
seringkali berpengaruh terhadap lompatan perilaku dan cara hidup dari manusia
itu sendiri. Sebagai contoh, bagaimana alat transportasi berkembang sangat
maju. Kemudian, akhir akhir ini banyak sekali bermunculan aplikasi-aplikasi
baru yang dapat digunakan hingga pada level masing-masing individu yang memudahkan
bahkan meningkatkan kualitas hidup seseorang, serng dengan semakin familernya
manusia akan teknologi dan internet.
Menurut data terbaru yang dirilis
We Are Social per Agustus 2017, jumlah pengguna internet global kini menyentuh
angka 3,8 miliar dengan penetrasi 51 persen dari total populasi di dunia. Berdasarkan
hasil studi Polling Indonesia yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia, dari total populasi sebanyak 264 juta jiwa penduduk
Indonesia, ada sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen yang sudah
terhubung ke internet. Hal ini menunjukkan adaya peningktan kualitas hidup
manusia dewasa ini.
Bagaimana kaitannya dengan
Organisasi, Birokrasi dan Administrasi yang kekinian?
Literasi manusia akan teknologi
dan informasi, terutama dalam kerangka penggunaan internet, mengindikasikan
adanya perubahan kebutuhan akan layanan. Kecepatan, Kemudahan dan Kepraktisan
layanan menjadi tuntutan utama yang berkembang di masyarakat selama ini. Layanan
menjadi core business dari organisasi manapun di dunia, baik publik maupun
privat. Hal ini berarti, di sektor publik, birokrasi harus dapat menciptakan
organisasi dan tata kerja yang mendukung di dalam upaya memenuhi tuntutan
tersebut, kecepatan, kemudahan dan kepraktisan. Istilah yang dapat
menggambarkan dari kebutuhan tersebut adalah AGILE. Secara singkat, agile
sesuai kamus merupakan kata sifat (adjective) yang artinya able to move quickly
and easily (bisa bergerak dengan cepat dan mudah-tangkas/gesit).
Agile yang akhir-akhir ini banyak
di bicarakan adalah “Agile” (huruf “A” kapital) yang merupakan sekumpulan set
nilai dan prinsip berdasarkan “Agile Manifesto” di tahun 2001. Merujk agileacademy.id
konsep agile berdasarkan Agile Manifesto dapat digambarkn sebagai berikut:
Ketika kita memiliki tim yang
mengikuti Agile, mereka akan membuat ratusan keputusan setiap minggu dengan
cara yang sesuai 4 value dan 12 prinsip pada Agile manifesto. Itulah artinya
menjadi Agile. Proses pengambilan keputusan menjadi penting. Dimana kitatidak
dapat berpikir pendek mengambil jalan pintas dengan hanya meng-copy paste
keputusan yang telah dibuat oleh tim lain atau hanya dengan membabi buta
melakukan apa yang tim lain putuskan untuk lakukan. Tim lain dapat membuat
keputusan berdasarkan prinsip dan nilai Agile dan berakhir dengan cara tertentu
dalam melakukan pekerjaan mereka. Sehingga mencoba meniru tindakan dan praktik
tim lain jelas tidak akan membuat tim kita agile.
Nilai atau VALUE dikirimkan
melalui:
a. Perencanaan
adaptif (adaptif planning)
b. Kolaborasi
(collaboration)
c. Fleksibel
dan cepat merespon perubahan (flexible and quickly responding to change)
d. Perbaikan
terus menerus (continuous improvement)
e. Penghantaran
cepat dan berkesinambungan (Early and continue delivery)
f.
Pengembangan berkala dan berkelanjutan (iteratif
dan incrementally development)
Dengan tim yang bersifat
swakelola (self-organizing), lintas fungsi (cross functional) dan
multi-disciplinary.
Merujuk pada gambaran tersebut,
maka yang menjadi kekuatan atas kebutuhan birorkasi yang kekinian adalah adanya
organisasi yang responsif dan adaptif dalam merespon setiap kendala dan harapan
dari customer maupun stakeholder organisasi dimaksud. Kekakuan dan hierarkhi
yang terbangun selama ini perlu untuk ditinjau kembali. Hal ini tidak perlu
dipahami bahwa kekakuan dan hirarkhi harus dihapuskan seluruhnya, namun
dimungkinkan untuk hanya dilakukan
penyesuaian secara parsial pada beberapa segmen tertentu untuk menjawab
tuntutan atas layanan tersebut. Hal ini juga memerlukan komitmen dan sikap pimpinan
yang lebih terbuka atas segala masukan dan percepatan yang perlu ditempuh serta
kedewasaan organisasi beserta anggota yang teribat didalamnya. Hal yang tidak
kalah penting lainnya adalah mempersiapkan dan selalu membekali sumber daya
manusia yang ada di dalam organisasi dengan keterampilan dan kompetensi yang
mendukung upaya dimaksud.
Membangun organisasi birokrasi
yang kekinian, berarti mempersiapkan segala aspek di dalam organisasi untuk
bergerak. Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Mekanisme Kerja, dan yang
terpenting Mindset dari personal harus secara sinergis diperbarui menyesuaikan
dengan kondisi dan tuntutan lingkungan yang berkembang selama ini. Proses ini
memerlukan pengkajian dan penerapan atas
multidisplin ilmu yang ada guna menciptakan scenario perubahan terkait dan yang
dapat segera diimplementasikan dan mempersiapkan diri atas kemungkinan kendala
dan tantangan yang mungkin muncul dalam pelaksanaannya. Membangun Organisasi
Birokrasi Kekinian..
Komentar
Posting Komentar